"Jika pun ada pemasukan, datangnya tidak dari show, namun dari penjualan merchandise dan lain-lain," ujar Andre Tiranda, gitaris Siksa Kubur, kepada Kompas.com, Selasa (9/3/2021).
Hanya saja, untuk mengobati kerinduan menggebuk drum, mereka melakukan non profit show di kafe-kafe kecil seputaran Pulau Dewata.
Berupa pertunjukan live kecil saja, dengan tempat dan pengunjung terbatas, tanpa kerumunan, dan tentu saja menggunakan protokol kesehatan ketat.
Album baru di tengah pandemi
Meski pandemi menghimpit, namun pemain industri musik underground tak mengalah kalah begitu saja.Â
Beberapa band, justru aktif memproduksi maupun merilis album baru. Seperti Carnivored, yang baru merilis album ketiganya, Labirin, pada 28 Januari 2021.Â
Meski tak bisa merayakan album baru dengan festival musik atau keriuhan gigs, namun semangat dari empat personil Carnivored tak surut.
Oces Rahmat, sang drummer, mengaku kepada Kompas.com, Selasa (9/3/2021) malam, bahwa proses pembuatan Labirin sudah dimulai sejak 2015 lalu. Kemudian melalui proses rekaman di akhir 2019 dan proses mixing mastering di tahun 2020.
"Kini kami tengah menyiapkan launching virtual. Untuk waktunya belum bisa kami pastikan," paparnya. Â
Para musisi underground bertahan hidup dengan mengandalkan penjualan album dan juga merchandise berupa kaus, jaket, atau hoodie.
Beberapa di antaranya, juga menggelar kelas musik online seperti yang dilakukan drummer Siksa Kubur, Adhytia Perkasa.Â
Selain dijual lewat akun resmi dan pihak label mereka, merchandise ini juga terkadang ditawarkan di sela-sela pertunjukkan musik daring yang disiarkan live di Youtube.