Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenang 13 Tahun Kepergian Gito Rollies dan Perjalanan Hidupnya...

28 Februari 2021   10:01 Diperbarui: 28 Februari 2021   10:07 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gito Rollies, penyanyi rock yang selalu tampil atraktif itu, merasa uzur di usia 40. Saya kini hidup sehat, katanya. Ia memang sempat terlibat obat bius dan baru bisa lepas sesudah berjuang keras. Pernikahan dan anak memberi arah baru dalam hidupnya. (Foto diambil pada 13 Juni 1987)

KOMPAS.com - Hari ini 13 tahun lalu, atau tepatnya pada 28 Februari 2008, Bangun Sugito Toekiman atau yang lebih dikenal sebagai Gito Rollies berpulang untuk selamanya.

Gito merupakan vokalis dari band rock legendaris Indonesia, The Rollies, yang dibentuk di Bandung, Jawa Barat pada 1967.

Mengutip Harian Kompas, 29 Februari 2008, Gito meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, setelah berjuang melawan kanker getah bening selama tiga tahun.

Baca juga: Mengenang Pengusaha Nyentrik Bob Sadino dan Perjalanan Hidupnya...

Gito divonis mengidap kanker getah bening pada 2005.

Sejak saat itu, dia rutin menjalani kemoterapi di Singapura dan di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta.

Jasad sang vokalis dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Dari istri terakhirnya, Michelle, Gito memperoleh tiga putra, Bayu, Puja, dan Bintang.

Baca juga: Tutup Usia, Berikut Sekilas tentang Sosok Pimpinan Pusat MTA Ahmad Sukina

Bergabung dengan The Rollies

Gito Rollies terlahir di Biak, Papua, 1 November 1947, dengan nama Bangun Soegito Toekiman.

Kiprahnya tidak bisa dilepaskan dari band rock legendaris The Rollies.

Embrio The Rollies lahir pada 1965, diawali oleh Deddy Stanzah (bas), Iwan Krisnawan (drum), Delly Joko Arifin (gitar), dan Tengku Zulian Iskandar (gitar).

Gito bergabung pada 1967 dan dua tahun kemudian mereka berkelana ke Singapura.

Baca juga: Mengenang Vokalis Band Queen Freddie Mercury dan Perjalanan Hidupnya...

Musisi Gito Rollies

Setelah Benny Likumahua (saksofon) masuk tahun 1969, warna The Rollies mulai kentara.

Mereka mematangkan brass section tahun 1970 dengan menempatkan Iskandar sebagai peniup saksofon, Gito memainkan terompet, dan Benny kebagian trombon.

Bergabung pula Raden Bonny Nurdaya sebagai gitaris merangkap vokalis, Delly ke kibor sekaligus vokalis, dan posisi Deddy serta Iwan masing-masing tetap sebagai pemetik bas dan pemain drum. 

Baca juga: Mengenang Kurt Cobain, Ikon Musik Rock Modern

The Rollies sering diidentikkan dengan Chicago atau Blood, Sweat and Tears.

Band ini mengawali karier lewat cara yang unik, yakni menjadi besar berkat kontrak bermain di sebuah kelab malam di Singapura sekitar akhir 1960-an.

Setelah itu mereka bahkan sempat melanglang buana ke beberapa negara Asia Tenggara, termasuk menghibur pasukan AS di Vietnam.

Baca juga: Menilik Penyebab Microsoft Sebut Warganet Indonesia Tidak Sopan Se-Asia Tenggara

Penyanyi dan penampil berkarakter

Gito sebagai vokalis The Rollies adalah penyanyi sekaligus penampil yang berkarakter.

Dia memiliki suara yang mirip James Brown, dan gemar menyanyikan lagu-lagu penyanyi berkulit hitam Amerika Serikat (AS) itu, seperti It's A Man's Man's, Man's World dan Sex Machine.

"Ia seorang performer yang baik. (Tahun 1970-an) bisa melakukan imajinasi tentang James Brown, padahal ia belum pernah melihatnya...," tutur mantan rekan segrupnya di Rollies, Benny Likumahua.

Baca juga: Usai Nonton Konser Rock, Seorang Pria Terinfeksi Virus Corona di Selandia Baru

Sempat terjerat narkoba

Gito Rollies dan Cornelia Agatha tampil dalam pentas teater musikal Palaga Nada Jejak Surga di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu (13/5/2003)
Di atas panggung, gaya Gito sebagai penampil amat eksplosif dan nyaris tanpa saingan.

Gito juga dikenal karena gayanya yang cenderung mengarah ke musik R&B, funky, dan soul, ketimbang rock yang keras.

The Rollies kala itu merajai belantika musik karena menawarkan pula dukungan brass section, termasuk Gito sendiri yang merangkap sebagai peniup terompet.

Baca juga: Mengenang Profesor Drum Neil Peart...

Di akhir hayatnya, Gito dikenal sebagai sosok yang relijius. 11 hari sebelum masuk RS Pondok Indah, Gito sempat berdakwah di Padang, Sumatera Barat.

Meski demikian, masa remaja Gito sempat dihabiskan dengan kehidupan hura-hura, alkohol, dan narkoba.

Mengutip obituari yang ditulis oleh Budiarto Shambazy, dan dimuat di Harian Kompas, 1 Maret 2008, sejak remaja, Gito telah menjadi street fighter yang tidak betah di rumah, yang akhirnya membuatnya terperosok ke dunia gelap alkohol serta narkoba.

Baca juga: Viral Siswi SMA Negeri di Demak Diduga Pesta Miras, Ini Faktanya

Meninggalkan dunia hitam

Ketika merayakan kelulusannya dari SMA, Gito tanpa malu mengendarai sepeda motornya keliling Bandung tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.

"Itulah masa jahiliah dalam lembaran kehidupan saya. Untungnya orangtua saya selalu mengajari hal-hal yang baik sehingga ketika saya berpaling dan teringat kembali pada pesan itu, saya banting setir," kata Gito dalam wawancara dengan pengamat musik, Theodore KS, beberapa tahun sebelumnya.

"Menenggak minuman keras saya hentikan, bahkan sekarang merokok pun tidak," imbuhnya.

Baca juga: Viral, Video Oknum Polwan Kanit Narkoba di Lampung Terekam Asyik Nyabu

Perlahan, Gito akhirnya berhasil meninggalkan dunia hitam itu.

Selama sekitar sepuluh tahun sebelum meninggal, Gito menjadi "orang rumahan" yang mengasuh keluarganya dengan penuh cinta kasih serta mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebelum meninggal dunia, ada satu lagu Gito yang belum sempat dirilis.

"Ada lagu Gito yang mau dirilis, tapi belum selesai. Judulnya, Bila Saatnya Tiba, karya Analta," tutur Zairin Zein, sobat keluarga Gito.

Lagu itu bercerita tentang orang yang ingin dekat dengan Tuhannya menjelang maut menjemput. 

Baca juga: Mengenang 11 Tahun Meninggalnya Mbah Surip Tak Gendong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun