ADDIS ABABA, KOMPAS.com - Kotak hitam dari pesawat Boeing 737 MAX 8 yang jatuh di Etiopia telah dikirim ke Perancis untuk dianalisis dan data awal telah diserahkan.
Disampaikan Menteri Transportasi Etiopia, Dagmawit Moges, data dari kotak hitam yang jatuh Minggu (10/3/2019) lalu itu menunjukkan "kesamaan yang jelas" dengan insiden jatuhnya pesawat sejenis di Indonesia.
Moges tidak memaparkan lebih rinci, namun mengatakan bahwa kesamaan tersebut akan menjadi "subjek penelitian lebih lanjut dalam penyelidikan" dan laporan awal akan dirilis dalam 30 hari.
Pengumuman itu disampaikan pihak kementerian transportasi, sepekan setelah jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 yang jatuh beberapa menit usai lepas landas dari Bandara Addis Ababa dengan tujuan Nairobi.
Baca juga: Identifikasi Korban Jatuhnya Boeing 737 MAX 8 di Etiopia Butuh Waktu Enam Bulan
Sebanyak 157 orang, termasuk kru penerbangan, menjadi korban dalam insiden tersebut, menjadi duka bagi para keluarga dan pemerintah lebih dari 30 negara yang warganya menjadi korban dalam kecelakaan pesawat itu.
Dilansir AFP, pihak regulator penerbangan sejak awal telah melihat adanya kesamaan dalam insiden di Etiopia dengan yang terjadi pada penerbangan Lion Air pada bulan Oktober lalu yang menewaskan 189 orang.
Kedua pesawat dilaporkan mengalami penaikan dan penurunan curam yang tak menentu, serta kecepatan udara yang berfluktiasi, sebelum jatuh, tak lama setelah lepas landas.
Dugaan awal mengarah pada sistem anti-stalling otomatis yang diperkenalkan pada Boeing 737 MAX 8, yang dirancang secara otomatis mengarahkan hidung pesawat ke bawah jika terdapat risiko kegagalan mesin.
Menurut perangkat rekaman data penerbangan (FDR), pilot Lion Air penerbangan JT-610 berjuang mengendalikan pesawat ketika sisten anti-stalling, MCAS, secara otomatis berulang kali mendorong hidung pesawat ke bawah setelah lepas landas.
Kotak hitam dari Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines, telah diserahkan ke Badan Keamanan Udara Perancis, BEA, yang bekerja dengan penyelidik Amerika dan Etiopia, untuk mengungkap penyebab insiden kali ini.