MAMUJU TENGAH,KOMPAS.com – Masyarakat adat Budong-Budong yang berdomisisli di tiga perkampungan yakni Tongkou, Topoyo dan Tobadak di kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat punya tradisi unik yang disebut Mamose.
Dalam acara itu, para tokoh adat unjuk kebolehan dan keberanian mereka dengan cara menebas tubuh mereka dengan parang panjang di hadapan raja atau ketua adat.
Tradisi Mamose terus dilestarikan tokoh adat dan pemerintah setempat, sebagai identitas serta bertujuan untuk menyatukan kekuatan dan kebersamaan masyarakat.
Sejumlah pamose atau tokoh adat unjuk keberanian dengan cara menebas bagian-bagian tubunya dengan parang panjang sambil terus memompakan kalimat-kalimat yang memupuk semangat persatuan, keberanian dan kebersamaan masyarakat suku adat.
Tradisi tahunan ini selalu ramai dihadiri tokoh adat dan masyarakat adat dari tiga kampung. Tradisi dilgelar di rumah adat yang dikenal dengan sebutan Lempo Gandeng di Dusun Tangkou, Desa Tabolang, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah.
Atraksi pamose diiringi dengan musik gendang. Saat pamose menghadap ke raja dan tobara, musik gendang segera di hentikan lalu pamose memohon izin pada raja dan juga terhadap tobara atau kepala adat.
Tradisi mamose dilakukan para pemangku adat dan masyarakat tiga kali dalam setahun. Pertama, di lakukan sebelum masuk hutan. Kedua, dilakukan setelah selesai merumput atau setelah membersihkan hutan atau tempat yang nantinya akan di tanami tanaman dan ketiga, dilakukan setelah masa panen.
Ketua panitia tradisi adat, Nasgar berharap tradisi mamose sebagai salah satu kekayaan budaya, sebagai salah satu identitas dna ciri khas mamsyarakat mamuju tengah hendaknya terus dilestarikan semua pihak, agar budaya tersebut tidak punah ditelah zaman.
“Saya berharap pemerintah dna pemerhati budaya Mateng tradisi mamose ini tetap bisa dilestarikan sebagai salah satu identitas kebudayaan,” jelas Nasgar, ketua panitia tradisi adat, baru-baru ini.
Sekertaris Dinas Pendidikan Mamuju Tengah, Nirwana Sari menyebut, tradisi Mamose patut dilestarikan dari generasi ke generasi agar tradisi leluhur masyarakat mamuju tengah itu tidak segera punah.
“Sebagai salah satu kekayaan budaya khas budong-budong di Mateng saya kira semua komponen masyarakat dan pemuda harus ikut bahu membahu untuk melestarikan budaya lokal kita agar tidak punah ditelan saman,” jelas Nirwana Sari.