Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bayar Freeport Pakai "Global Bond" Supaya Cadangan Devisa Tak Tergerus

22 Desember 2018   17:15 Diperbarui: 22 Desember 2018   17:23 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konferensi pers soal divestasi PT Freeport Indonesia oleh Inalum di Jakarta, Jumat (21/12/2018).JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, langkah pemerintah menjual global bond untuk membiayai pengambilalihan saham PT Freeport Indonesia tentunya bukan sembarangan.

Kebutuhan untuk membeli 51 persen saham Freeport Indonesia butuh dana yang besar dalam mata uang dollar AS, yakni sebesar 3,85 miliar dollar AS atau setara Rp 55,44 triliun.

Pemerintah enggan mengorbankan cadangan devisa untuk membayarkan saham tersebut. Sebab, dampaknya akan buruk bagi perekonomian Indonesia.

"Kita tidak mau cadangan dollar kita tergerus lagi. Nilai rupiah bisa tertekan lagi kalau diambil dari lokal," ujar Rhenald dalam keterangan tertulis, Sabtu (22/12/2018).

Baca juga: Gerindra: Freeport Dibayar Inalum Pakai Global Bond, Artinya Utang dari Asing...

Oleh karena itu, kata Rhenald, pemerintah harus memutar otak bagaimana bisa melunasi pembayaran dalam waktu singkat tanpa harus menggerus cadangan negara. Terkait pilihan pemerintah untuk jual global bond, pemerintah butuh surat utang yang tenornya panjang, bahkan sampai 30 tahun. Hal ini dilakukan agar hasil Freeport bisa segera dinikmati masyarakat Indonesia.

Dalam laporan keuangan PTFI disebutkan bahwa EBITDA dalam setahun sekitar 4 miliar dollar AS. Sementara net profitnya sekitar 2 miliar dollar AS. Jika tenor utangnya jangka pendek, Rhenald menilai hal ini bisa memberatkan.

"Karena kini kita berhasil memiliki sahamnya sebesar 51,2 persen, bisa dikatakan dalam setahun Indonesia bisa menikmati 1 miliar dollar AS lebih. Itu duit gede," kata Rhenald.

Dengan demikian, hanya dalam waktu empat tahun, global bond selesai dan setelahnya Indonesia bisa menikmati hasil melimpah selama 50 tahun ke depan. Sebab, jumlah surat utangnya hanya sekitar 4 miliar dollar AS sebagai kompensasi yang dibayarkan ke PTFI.

"Aneh kalau kehebatan ini disalah-salahkan," kata Rhenald.

Baca juga: Ini yang Bisa Terjadi jika Kontrak Freeport Tak Diperpanjang hingga 2041

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun