LONDON, KOMPAS.com - Pembunuhan terhadap jurnalis asal Arab Saudi Jamal Khashoggi membuat banyak pihak di dunia geram.
Khashoggi merupakan mantan orang dalam keluarga kerajaan yang berubah menjadi pengkritik putra mahkota.
Dia menghilang usai masuk ke konsulat Saudi di Turki pada 2 Oktober lalu, guna mengurus dokumen untuk keperluan rencana pernikahannya.
Tiga hari sebelum tewas, Khashoggi muncul di acara publik di London, Inggris, pada peringatan 25 tahun Perjanjian Damai Oslo antara Israel dan kepemimpinan Palestina.
Baca juga: Trump Sebut Upaya Tutupi Pembunuhan Khashoggi sebagai Aksi Terburuk
Melansir Daily Mail, Selasa (23/10/2018), pria berusia 59 tahun tersebut mengatakan acara konferensi itu memang mengenai Timur Tengah, namun tidak mungkin digelar di sana.
"Acara akan sulit digelar saat ini di dunia Arab karena kami mundur dari kebebasan di sebagian besar negara Arab," katanya.
Dia menyebut, kebanyakan negara di Arab sedang runtuh seperti Libya, Suriah, dan Yaman, sehingga tidak memiliki kepentingan membahas Palestina karena memiliki masalah internal.
"Mereka tidak memiliki kepentingan untuk mendiskusikan Palestina karena mereka punya kesengsaraan sendiri," ucapnya.
"Kemudian, di negara seperti Arab Saudi, negara saya, atau di Mesir, mereka tidak berminat pada isu-isu semacam itu yang memotivasi dan mengumpulkan rakyat karena ingin menundukkan mereka," imbuhnya.
Dua hari setelah menghadiri konferensi, dia terbang dari London ke Istanbul.