SABAH, KOMPAS.com – Hidup jauh di perantauan tak membuat ribuan TKI yang mengadu nasib di luar negeri kehilangan semangat solidaritas dan nasionalisme mereka terhadap sesama warga bangsa yang tertimpa bencana gempa tsunami di Sigi, Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Mereka bersatu menyisihkan sebagian gaji mereka hingga menggalang bantuan di pasar-pasar tradisional, perusahaan tempat para TKI bekerja hingga lewat jejaring media sosial, seperti Facebook, Messenger dan WhatsApp.
Para TKI yang prihatin atas bencana Palu mengaku bangga lantaran manajemen perusahaan tempat mereka bekerja ikut mendukung kegiatan amal mereka.
Meski sibuk di perusahaan tempat mereka bekerja di Malaysia, para TKI asal berbagai daerah di Indonesia ini tampak kompak menunjukkan keperihatinan dan kepedulian mereka terhadap sesama warga bangsa yang tertimpa bencana gempa tsunami di Palu pada akhir September 2018.
Ratusan karyawan perusahaan pengolahan kayu atau playwood di wilayah Keningau, Sabah, Malaysia ini, misalnya bahu-membahu menghimpun bantuan kemanusiaan untuk para korban bencana tsunami Palu, Kamis (18/10/2018).
Tenaga kerja asing yang mayoritas asal Indonesia ini mengaku baru bisa menggalang dana bantuan kemanusiaan, setelah mereka gajian rutin pada setiap pertengahan bulan.
Pepy, Manager Quality Assurance salah satu perusahaan di Malaysia, ikut prihatin atas musibah bencana gempa tsunami yang menimpa warga Sigi, Palu, Donggala, Sulawesi tengah akhir September 2018 lalu.
Meski Pepy menilai donasi tulus para TKI tak seberapa dibandingkan dengan kebutuhan biaya rehabilitasi para korban, namun partisipasi mereka sebagai sesama warga bangsa kelak bisa ikut meringankan beban para korban.
“Motivasi kami ikut mengumpulkan sebagian reski atau gaji kami untuk sesama saudara kita di Palu agar bisa ikut meringankan beban para korban yang kehilangan tempat tinggal, rumah, harta benda dan keluarga mereka,” ungkap Pepy, salah satu TKI asal Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan.
Lain lagi cerita Ani, TKI asal Bone Sulawesi selatan yang sudah puluhan tahun berdagang barang campuran di Sabah, Malaysia. Ani turun langsung mengedarkan kotak celengan di pasar-pasar di Keningau.
Dia menyasar pedagang sayur, tukang emas, pemilik warung makan, pedagang ayam hingga pedagang pakaian yang mayoritas adalah warga TKI asal Indonesia yang memilih hidup dari beragam profesi di Malaysia.