MANILA, KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuat pengakuan mengejutkan ketika berbicara dengan para pejabat pemerintah di Manila.
Diwartakan Newsweek Jumat (28/9/2018), Duterte mengaku satu-satunya dosa yang dia perbuat adalah melakukan pembunuhan ekstrayudisial.
Kepada pasukan dan kepolisian, Duterte mengatakan mereka dipersilakan untuk menggulingkannya dari kekuasaan jika tak suka kepadanya.
Baca juga: Duterte: Orang Asing yang Mengkritik Saya Bakal Jadi Sasaran Tembak
"Saya berkata kepada militer. Apa salah saya? Apakah saya mencuri setiap peso? Satu-satunya dosa saya adalah pembunuhan ekstrayudisial," terang Duterte.
Ini adalah pertama kalinya dia mengaku telah memerintahkan tindakan itu dalam perang melawan narkoba sejak dia dilantik di 2016.
Aktivis HAM maupun oposisi berkali-kali menuduh Digong, panggilan akrab Duterte, melakukan pendekatan "tembak dulu tanya belakangan".
Berapa jumlah korban tewas akibat kampanye anti-narkoba masih simpang siur. Human Rights Watch melaporkan jumlahnya mencapai 12.000.
Sementara pemerintah mengestimasi lebih dari 20.000 orang terbunuh. Kebanyakan korban tewas dilakukan oleh penembak misterius.
Sebabnya, mantan Wali Kota Davao itu mendukung warga sipil yang punya senjata untuk menembak pemakai atau pengedar narkoba jika diperlukan.
Selain itu, kepolisian menjelaskan korban ditembak karena mereka berusaha melawan saat ditangkap. Klaim yang dibantah oposisi.