JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo berbicara mengenai sulit dan pahitnya mengelola negara dihadapan rivalnya, Sandiaga Uno. Hal tersebut terjadi saat Presiden Jokowi dan Sandiaga sama-sama menghadiri acara 50 tahun Kadin di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Selasa (25/9/2018) malam.
Dalam acara itu, Jokowi yang juga calon presiden nomor urut 01 didapuk sebagai pembicara utama. Sementara, Sandiaga yang merupakan calon wakil presiden nomor urut 02 hadir sebagai salah satu anggota Kadin.
Jokowi sempat menyapa secara khusus Sandiaga sebelum memulai pidatonya.
"Tidak lupa sahabat baik saya yang satu ini, Bapak Sandiaga Uno. Kalau enggak saya sebut bisa keliru besar," kata Jokowi.
Baca juga: Sandiaga Kritik Infrastruktur Jokowi Tak Efektif Kurangi Pengangguran
Sandiaga pun langsung berdiri dari tempat duduknya saat disapa Jokowi. Ia lalu tersenyum sambil membungkukkan badan. Anggota Kadin lain yang hadir bertepuk tangan melihat momen tersebut.
Jokowi lantas bicara soal sulitnya mengelola negara sebesar Indonesia. Sebab, ada lebih dari 17 ribu pulau yang harus diperhatikan pembangunannya.
"Mengelola negara sebesar ini tidak gampang, tidak mudah. Setiap daerah memiliki kasus, permintaan dan kebutuhan berbeda. Banyak yang menanyakan kepada saya, kalau hitung-hitungan politik, ekonomi yang paling cepat itu bangun di Jawa," kata Jokowi.
Jokowi menjelaskan, sebanyak 60 persen penduduk itu di Jawa. Secara hitung-hitungan politik dan ekonomi, maka membangun Jawa saja sebenarnya sudah cukup untuk meningkatkan perekonomian serta meningkatkan elektabilitas bagi seorang petahana.
Namun, Jokowi menegaskan, ia tak mau terjebak dengan cara mudah tersebut. Ia ingin agar pembangunan merata di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Ia pun mengakui upaya pembangunan yang merata ini tak langsung berdampak pada perekonomian.
"Tapi kadang harus sakit pahit dulu, jangan suka yang instan-instan, yang cepat-cepat, karena enggak ada sekarang yang instan, apalagi negara sebesar ini pasti ada prosesnya," kata dia.