Warga lainnya, Winarti (38) menambahkan, sisa air telaga sebagian digunakan untuk campuran air yang dibeli dari tangki swasta.
"Air dari telaga itu lebih jernih. Airnya itu kalau diendapkan akan jernih. Lebih jernih dibandingkan air yang dibeli dari tangki, karena kalau beli tangki airnya keruh banyak kapurnya,"ucapnya
Dia mengaku sering memanfaatkan air telaga banteng untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, bantuan dari pihak ketiga banyak yang disalurkan ke wilayah tersebut.
"Bantuan air bersih kalau disini setiap kepala keluarga diberikan dua pikul. Lumayan untuk kebutuhan sehari-hari,"ucapnya
Kepala Dukuh Ngricik, Yulianto mengatakan, kedepan pihaknya berharap dari pemerintah memberikan bantuan pipa yang tersambung ke rumah warga. Sehingga saat musim kemarau seperti ini tidak lagi membeli air dari tangki ataupun mengais sisa air telaga.
"Semoga ada solusi yang lebih baik, sehingga tidak perlu kesulitan mencari air bersih," katanya.Â
Baca juga: Musim Kemarau, 199 Desa di Jatim Dilaporkan Kekeringan
Meluas
Kepala Pelaksana Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Edy Basuki mengatakan ada tambahan daerah yang terdampak kekeringan. Awalnya 11 kecamatan saat ini bertambah menjadi 12 kecamatan.
Pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait dengan lama kekeringan yang kemungkinan dialami oleh Gunungkidul.
"Kekeringan kemungkinan diprediksi hingga Oktober, tetapi puncaknya pada bulan September. Karena menurut BMKG Oktober esok akan diprediksi sudah turun hujan tetapi dalam skala kecil," katanya.