JAKARTA, KOMPAS.com - Kendati Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memastikan seluruh ruas Tol Trans Jawa sudah bisa dilintasi secara operasional dan fungsional saat mudik dan balik Lebaran 2018, namun ternyata masih ada titik-titik kritis yang mendesak untuk diselesaikan.
Titik-titik kritis di rentang Trans Jawa ini terutama terdapat di ruas Tol Pemalang-Batang, Tol Batang-Semarang, dan Tol Semarang-Solo.
Baca juga : Mudik 2018, Tak Ada Lagi Jalur Darurat
Di ruas Tol Pemalang-Batang sepanjang 39,2 kilometer, titik kritisnya terdapat di sepanjang 4,6 kilometer dengan tingkat kompleksitas sedang.
Basuki menjelaskan, titik kritis ini membutuhkan teknik konstruksi khusus karena dibangun di atas tanah lunak yang tebal (soft soil) dengan kandungan air tinggi.
Untuk itu Basuki memutuskan konstruksinya menggunakan teknologi Vacuum Consolidation Method (VCM). Sementara lokasi lainnya menggunakan teknik preloading.
Selain itu, percepatan dilakukan dengan meningkatkan intensitas pekerjaan penimbunan tanah dari semula 5.000 kubik per hari, menjadi 25.000 kubik per hari. Ruas yang sudah selesai ditimbun dilanjutkan dengan penghamparan batu agregat.
“Pertengahan Mei sudah bisa dimulai pengaspalan dan akan selesai dalam dua minggu. Saya akan ke sini lagi untuk melakukan pengecekan pada awal Mei 2018,” kata Basuki menjawab Kompas.com, saat meninjau proyek Tol Pemalang-Batang-Semarang-Solo, Sabtu (14/4/2018).
Secara umum, perkembangan konstruksi Ruas Tol Pemalang-Batang sudah mencapai 60 persen dan ditargetkan rampung akhir 2018.
Pengusahaan tol ini dikerjakan oleh PT Pemalang Batang Toll Road yang sahamnya dimiliki oleh PT Waskita Toll Road dan PT Sumber Mitra Jaya dengan nilai investasi sebesar Rp 7,49 triliun.
Sementara itu titik kritis kedua terdapat di Ruas Tol Batang-Semarang yakni Jembatan Kali Kuto sepanjang 100 meter.