Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Angin Kencang Melanda 4 Pulau Indonesia, Ada Apa?

27 Januari 2018   19:44 Diperbarui: 27 Januari 2018   19:51 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon tumbang menimpa rumah warga di kawasan Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, setelah hujan es dan angin kencang melanda, Rabu (24/1/2018).

Beberapa hari yang lalu angin kencang berhembus di sejumlah tempat. Fenomena alam ini dapat dirasakan di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Hembusan angin kencang pun tak mengenal waktu. Ada yang siang hari dan malam hari.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, kecepatan angin yang cukup tinggi dipicu oleh besarnya selisih tekanan udara antara dataran Asia dan Australia.

Udara akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Kepala Hubungan Masyarakat BMKG, Hary Tirto Djatmiko, berkata bahwa tekanan udara permukaan laut yang terjadi di dataran tinggi Siberia sekitar 1030-1034 hektopascal, sedangkan tekanan udara di Australia mencapai 998 hektopascal.

Baca juga : Ada di Pulau Buatan, Inilah Potret Pabrik Tenaga Angin Belanda 

Perbedaan 36 hektopascal tersebut cukup signifikan untuk memicu pergerakan massa udara Asia ke wilayah Indonesia.

 Hal itu juga diperkuat dengan posisi tekanan terendah wilayah Australia yang berada di selatan NTT, tanpa disertai kemunculan daerah siklonik di selatan Banten.

Akibatnya, pergerakan angin dari Laut China Selatan menuju Bangka Belitung semakin kuat dan berbelok ke arah barat akibat rotasi bumi.

Selain itu, posisi gerak semu tahunan matahari juga turut berpengaruh. Saat ini gerak semu tahunan matahari berada di selatan ekuator.

"Bumi bagian selatan ekuator menjadi lebih panas dan tekanannya relatif lebih rendah dibandingkan bagian utara ekuator," kata Hary melalui keterangan tertulis, Jumat (26/1/2018).

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun