Coba tengok di Youtube. Sayang dan Jaran Goyang,di pekan pertama Januari 2018 berhasil meraih viewers di atas 120 juta. Sementara, sebagian besar lagu-lagu bergenre pop yang populer mendulang penonton kurang dari 100 juta.
Inovasi Disruptif
It doesn’t matter what you made, or see, or offer. If you continue to embrace ‘business as usual’, you are doomed, demikian kata Alexander Osterwalder (2010).
Menjalankan bisnis dengan cara-cara yang biasa, entah cepat atau lambat, akan ditinggalkan oleh konsumen. Bagaimanapun, konsumen akan mencari produk yang lebih baik dari yang telah ada sebelumnya.
Dalam konteks dunia hiburan kita bisa melihat bagaimana dangdut koplo yang dibawakan oleh Via Vallen dan Nella Kharisma dibawakan dengan santai, tidak vulgar, dan penyanyinya berdandan modis seperti artis-artis Korea. Inilah membuat konsumen hiburan begitu tergila-gila.
Pada saat yang sama, Via Vallen dan Nella Kharisma juga berhasil menggeser artis-artis dangdut incumbent yang lebih dulu mengorbit. Di mana sebagian dari mereka lebih dikenal publik karena berita-berita gosip ketimbang karya yang dibawakan. Ada juga yang terkenal karena penampilannya yang terlalu “mencolok mata”.
Konsumen sebenarnya tetap ingin terhibur. Tapi mereka sudah bosan, capek dan jengah dengan artis-artis dangdut yang lebih suka mengumbar kontroversi. Kehadiran Via Vallen dan Nella Kharisma kemudian menjadi pengobat “dahaga” itu.
Menggunakan saluran digital seperti Youtube, genre musik ini tak hanya meraup pasar yang sudah eksisting, namun juga menciptakan pasar baru.
Kelas menengah yang selera musiknya mungkin tidak begitu jelas, akhirnya masuk dalam daftar penggemar dangdut koplo.
Teman-teman saya yang hobi nonton konser artis-artis luar negeri, belakangan tertarik juga memutar lagu dari Via Vallen dan Nella Kharisma. Bahkan anak-anak juga hapal dengan lirik lagu yang dibawakan Via Vallen dan Nella Kharisma tersebut.