Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wabah Difteri di Indonesia, Antara Vaksinasi dan Antibiotik

13 Desember 2017   12:59 Diperbarui: 13 Desember 2017   13:03 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah siswa taman kanak-kanak mendapatkan imunisasi difteri di Puskesmas Kalimulya, Depok, Jawa Barat, Rabu (13/12/2017). Kota Depok masuk dalam kategori kejadian luar biasa (KLB) difteri setelah sejak November 2017, kasus infeksi difteri di Jawa Barat mencapai 109 kasus, 13 orang di antaranya meninggal.

Jumlah kasus difteri Indonesia dari tahun ke tahun.

Data Kementerian Kesehatan juga menyebutkan kasus difteri yang ditemukan sepanjang 2017 tidak terbatas usia. Difteri lebih sering menyerang anak–anak usia di bawah 12 tahun dan lebih berdampak fatal ketimbang saat menyerang orang dewasa.

Menular lewat udara

Difteri merupakan penyakit yang menular melalui udara yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini menyerang saluran napas sebelah atas dengan gejala demam tinggi, sakit tenggorokan, susah menelan, dan kesulitan bernapas.

Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin (racun).

Toksin ini menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf serta dapat berakibat kematian. Karena itu, satu saja ditemukan kasus difteri, pemerintah harus mengumumkannya sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Mengapa kasus difteri bertambah dan menyebar di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten?

Pertanyaan ini penting dijawab untuk menjelaskan secara ilmiah dan agar bisa diambil tindakan yang tepat oleh pemerintah dan masyarakat. Penyebabnya tidak tunggal sehingga tidak tepat menyatakan bahwa penyebaran difteri hanya dipengaruhi oleh satu faktor.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013 cakupan imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) untuk anak berusia 2-6 tahun di Indonesia hanya 75,6 persen (idealnya di atas 90 persen). Artinya masih ada 24,6 persen anak yang belum diimunisasi yang berpotensi terinfeksi difteri dan menjadi penyebab penyebaran difteri di sekitarnya.

Data Riset Kesehatan Dasar 2013 juga menunjukkan beberapa provinsi dengan cakupan imunisasi DPT-HB (Hepatitis B) yang rendah adalah Papua (40,8 persen), Maluku (53,8 persen), dan Aceh (52,9 persen). Rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap ini berdampak kekhawatiran timbulnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Baca Juga : Bagaimana Cara agar Tidak Ketularan jika Orang Terdekat Kena Difteri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun