GROBOGAN, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, bekerja sama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) setempat mengampanyekan aksi peduli HIV/AIDS di jalan R Suprapto? Purwodadi, Grobogan, Minggu (3/12/2017) pagi.Â
Puluhan mahasiswa-mahasiswi STIKES An Nur turut serta dilibatkan dalam kegiatan yang digagas untuk memperingati hari AIDS sedunia ini.
Aksi orasi serta bagi-bagi balon dan selebaran yang berisikan dukungan terhadap penderita HIV/AIDS ini menyita perhatian warga karena bertepatan dengan kegiatan Car Free Day. Kegiatan positif ini diawali dengan senam sehat.
"Jangan kucilkan penderita HIV/AIDS. Budayakan sehat," ujar seorang mahasiswi STIKES An Nur Purwodadi.
Dalam kesempatan itu, seorang penderita HIV yang ikut menggelar aksi, SM (45), berkenan untuk sedikit bercerita tentang sekelumit pengalaman hidupnya.
Sepuluh tahun silam, usai divonis oleh tim medis bahwa ia positif mengidap HIV. Saat itu SM merasakan seolah-olah masa depannya telah pupus. Gairah hidupnya sudah mati.
Baca juga : Saya Anggap HIV di Tubuh Saya adalah Anugerah
Berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, ia mencoba bangkit dari masa kelamnya itu. Melalui dukungan keluarga serta teman-temannya, semangatnya untuk menjalani hidup perlahan kian terarah.
"Saya shock ketika dinyatakan positif HIV. Segalanya terasa hancur. Hidup segan, mati tak mau. Support dari semualah yang membuat saya bisa bertahan hingga saat ini. Apalagi saya punya dua anak yang butuh perhatian," tutur warga Kabupaten Grobogan ini.
Menurut SM, sebelumnya ia adalah ibu rumah tangga yang jauh dari aktivitas pergaulan negatif. Sehari-hari rutinitas SM hanya bergulat pada keperluan rumah tangga. Sepenuh hati menjadi istri yang setia terhadap suami, serta ibu yang patut menjadi contoh bagi anak-anaknya. Tak lebih dari itu.
"Tapi kesetiaan itu terbayar dengan kenyataan yang pahit. Sepuluh tahun lalu, suami saya meninggal dunia. Kata dokter almarhum yang pekerjaannya merantau itu terinveksi HIV. Hingga akhirnya saya pun divonis tertular, tapi tidak dengan anak-anak saya," kata SM.
Semenjak terinfeksi virus HIV, tim Dinkes Grobogan terus berperan memberi pendampingan serta memonitor perkembangan kondisi kesehatan SM. Di sela pengobatan rutinnya itu, SM hanya berharap, di dalam fisik siapapun, termasuk anak-anaknya, tidak akan bersarang virus HIV.
 "Percayalah Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang sangat berat kepada hambanya. Biar saya saja yang alami takdir ini. Teruslah berbuat baik, berdoa dan bersemangat," pungkas pekerja serabutan ini.
970 orang idap HIV/AIDS
 Sekretaris PKBI Kabupaten Grobogan, Sutrisno, mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun pihaknya bersama dengan Komisi Penanggulangan AIDS, pada 2017 tercatat sebanyak 970 warga Kabupaten Grobogan terinfeksi virus HIV/AIDS. Dari data itu, penderita didominasi oleh ibu rumah tangga dan 12 persen di antaranya adalah anak-anak.
 "Setiap tahun penularan HIV di Grobogan naik rata-rata 30 persen dalam 3 tahun ini. Untuk profesi yang tertular beragam, ada swasta, dokter, TNI dan polisi. Mayoritas yang terinfeksi HIV adalah ibu rumah tangga yang tertular suaminya. Yang terdata total 970 orang. Ini kan seperti fenomena gunung es," ungkap Sutrisno.
Baca juga : 42 Orang di Semarang Terindikasi HIV/AIDS, Salah Satunya Balita
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, Slamet Widodo, mengatakan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mendapingi para pengidap HIV/AIDS. Sosialisasi terkait HIV/AIDS, pemeriksaan kesehatan serta suplai obat gratis terhadap pengidap HIV/AIDS sudah merupakan program Dinkes Grobogan.
 "Pencegahan HIV adalah peran bersama termasuk kesadaran diri untuk berperilaku sehat. Test HIV, obati dan pertahankan. Kami akan terus berupaya mengantisipasi melalui sosialisasi dari desa ke desa, terutama monitoring warga yang sering merantau," kata Slamet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H