Rencana tranplantasi kepala manusia sudah ada sejak 2015 dan menimbulkan kontroversi. Tidak mundur, Canavero berencana akan melakukan transplantasi kepala pada manusia hidup Desember 2017 nanti.
 Dia akan melangsungkan operasi di China, karena otoritas Eropa dan Amerika tidak bersedia mendukung eksperimen tersebut.
 Selama rentang waktu itu, Canavero menggunakannya untuk melakukan eksperimen pada beberapa hewan. Dia memutus kepala lalu menghubungkan kembali ke sumsum tulang belakangnya. Dia juga menulis dengan rinci dalam sebuah makalah, bagaimana menciptakan serangkaian hewan pengerat berkepala dua.
 Untuk mewujudkan rencananya, seorang relawan sudah mendaftar. Dia adalah seorang ilmuwan komputer asal Rusia bernama Valery Spiridonov.
 Spiridonov menderita penyakit saraf motorik langka yang dikenal sebagai penyakit Werdnig-Hoffmann, yang menyebabkan penderitanya kesulitan bergerak, bernafas dan menelan. Sebagian besar penderita penyakit ini meninggal dunia, tetapi Spriridonov termasuk dalam segelintir orang yang sanggup bertahan hingga usia dewasa.
Dalam konferensi pers tersebut, Canavero akan mencoba transplantasi terlebih dahulu pada dua donor organ otak yang sudah mati sebelum dilakukan pada manusia dengan lumpuh dari bagian leher ke bawah.
Dia menyebut tujuan sebenarnya transplantasi ini bukan untuk menyembuhkan tulang belakang, tapi memperpanjang umur.
"Saya memanjangkan waktu hidup dan menabrak dinding hidup dan mati," katanya di bulan Juli, dilansir dari Science Alert.
Meski Canavero telah menghabiskan beberapa tahun terakhir untuk menulis studi ilmiah mengenai prestasi tersebut. Tetap saja ada keraguan yang terus dilontarkan.
Penuh kontroversi para ahli bedah
 Sejak mengumumkan rencananya, Canavero telah menuai banyak kritik. Kebanyakan ahli sepakat jika apa yang akan dilakukannya merupakan hal yang tidak masuk akal.