Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PDI-P dan Golkar: Kami Juga Partai Religius

9 Agustus 2017   18:00 Diperbarui: 10 Agustus 2017   03:05 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Jawa Barat TB Hasanudin bersama Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Jawa Barat TB Hasanudin bersama Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi.BANDUNG, KOMPAS.com - Koalisi Partai Golkar dan PDI Perjuangan tidak khawatir isu agama  bakal menjadi batu sandungan bagi kedua partai nasionalis ini dalam mengarungi ajang Pilkada Jawa Barat 2018 mendatang. 

"Platform kami memang sebagai partai nasionalis. Tapi kami juga religius. Kami semua di sini memiliki agama dan tentu negara melindungi platform kami," kata Ketua DPD PDI-P Jawa Barat TB Hasanudin saat konferensi pers di Kantor DPD PDI-P Jawa Barat, Jalan Pelajar Pejuang, Kota Bandung, (9/8/2017).

Hasanudin mengatakan, sebagai partai yang menjunjung tinggi Pancasila, PDI-P dapat dipastikan sebagai partai politik yang juga menganut ideologi keagamaan.

"Untuk seseorang yang pancasilais tidak usah diragukan lagi kalau nasionalis juga religius. Kami juga punya banyak santri yang tangguh. Jadi jangan ada ada dikotomi nasionalis dan agamis. Kami nasionalis religius dan pancasilais," kata dia,

Baca juga: PDI-P Belum Punya Komitmen Apa Pun dengan Ridwan Kamil

Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkapkan hal senada dengan Hasanudin.  "Nasionalis itu hanya merek yang dibuat oleh kita, oleh banyak orang menjadi bahan kampanye.  Apakah nasionalis berarti tidak religius? Apakah religus itu tidak nasionalis?" ucapnya.

Dedi menambahkan, dikotomi kelompok nasionalis dan religius adalah gaya kampanye lama yang diadopsi lagi di masa kini. 

"Itu cuma kapling yang dibuat untuk membangkitkan aroma politik tahun 50-an," ujarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun