KOMPAS.com --Pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang pada bulan Maret 2014 dari Beijing ke Kuala Lumpur memang telah dihentikan pada bulan Januari 2017 karena tidak berhasil menemukan bukti yang pasti dari kejadian tersebut. Namun, ternyata pencarian paling mahal dan paling lama dalam sejarah penerbangan tersebut tidak sia-sia.
Australia yang mengambil alih koordinasi pencarian MH370 baru saja merilis peta mendetail mengenai dasar laut perairan barat negara tersebut. Peta tersebut dibuat selama masa pencarian.
Charita Pattiaratchi, profesor kelautan di University of Western Australia, mengatakan, informasi yang didapat selama survei terhadap perairan terpencil di sebelah Barat Australia seluas 120.000 kilometer persegi ini akan memberi pengertian yang lebih dalam untuk nelayan, peneliti kelautan, dan peneliti geologi.
Dipublikasikan secara onlineoleh Geoscience Australia, data tersebut tidak hanya berisi model tiga dimensi dari permukaan bawah laut, tetapi juga informasi survei batimetrik analisis pergeseran.
(Baca juga: Mengejutkan, Ada Mata Air di Bawah Dasar Laut)
Kepada Reuters19 Juli 2017, Pattiaratchi berkata bahwa data tersebut menunjukkan lokasi-lokasi gunung laut yang akan menarik perhatian para nelayan laut dalam. Pasalnya, gunung laut yang kaya akan plankton memang menjadi tempat berkumpulnya ikan-ikan mahal seperti tuna, toothfish, alfonsino, dan trevally.
Selain itu, data lokasi gunung laut juga bisa digunakan untuk memperkirakan dampak tsunami yang sebenarnya, mengingat bahwa gunung laut dapat mengurangi energi tsunami, dan memperdalam pengetahuan kita mengenai benua Gondwana.
Menanggapi data tersebut, Martin Exel, seorang nelayan laut dalam bersama Austral Fisheries, mengatakan, melihat bagaimana hasil ini bisa keluar dari tragedi MH370 sangatlah menakjubkan. Dari perspektif nelayan, data ini akan menjadi informasi yang sangat berarti.
Akan tetapi, Exel tidak yakin bahwa data ini akan membuat nelayan berbondong-bondong ke sana. Menurut dia, biaya dan tingkat kesulitan untuk memancing di perairan tersebut akan menjadi tantangan tersendiri.
Sementara itu, Stuart Minchin, ketua divisi sains geologi lingkungan di Geoscience Australia, berkata bahwa pada saat ini, area terpencil tersebut telah menjadi salah satu perairan laut dalam yang paling terdata di bumi.