RAQQA, KOMPAS.com - Aliansi pejuang Kurdi-Arab sudah menguasai pinggiran Raqqa, ibu kota “kekhalifahan” kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah dalam beberapa pekan terakhir.
Aliansi tersebut didukung oleh Amerika Serikat (AS), Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Aksi merebut pinggiran Raqqa dilakukan dalam waktu relatif cepat.
Namun, wartawan BBC yang melaporkan dari medan petang menyebutkan, upaya menguasai Kota Tua di Raqqa, yang oleh ISIS disebut sebagai “jantung kekuasaan ISIS” berjalan sangat lambat.
Wartawan BBC bersama satu unit pejuang SDF berada hanya beberapa ratus meter dari kawasan Kota Tua.
Gerak SDF berjalan lambat karena mereka menghadapi pesawat terbang tak berawak atau drone, terowongan, bom bunuh diri, dan penembak jitu.
Baca: Kota Raqqa Dikepung, 300 Keluarga Anggota ISIS Kabur
"Pertempuran untuk merebut (jantung kota) Raqqa akan berlangsung lama dan sengit," kata wartawan BBC.
Pesawat nirawak ISIS bukan senjata yang gampang dilumpuhkan.
Bentuknya yang kecil dengan gerakan lincah ini dioperasikan untuk menjatuhkan granat ke tentara atau pejuang SDF yang bergerak menuju pusat kota.
Sering datang tiba-tiba, drone bersenjata milik ISIS dalam satu hari bisa melakukan serangan hingga 16 kali, kata seorang pejuang SDF yang bersama beberapa rekannya berlindung di satu rumah tak jauh dari Kota Tua.
Penembak jitu