Setidaknya demikian dari penelusuran saya kepada tiga orang warga di lokasi tempati Ichwan tinggal.
Kesamaan keempat adalah tetangga tidak mengetahui aktivitas kelompoknya, jika sedang berkumpul atau melakukan pertemuan di suatu tempat.
Sementara kesamaan kelima adalah keduanya tidak pernah meminta warga yang dikenalnya untuk ikut ke dalam kelompoknya.
Nekat masuk rumah
Kesamaan keempat dan kelima ini, yang memancing saya untuk bertanya lebih dalam: bagaimana mereka melakukan komunikasi.
Saya pun nekat mencari dan memasuki rumah terduga pimpinan teroris Jajang, di Bandung Barat. Beruntung, pagar tidak terkunci. Saya masuk dan berkeliling di rumah.
Selang 15 menit, setelah berbagai upaya mengetuk dan jurus sejenisnya saya keluarkan, akhirnya keluarlah sang pemilik rumah. Seorang perempuan menggunakan penutup wajah berwarna hitam.
Saya perkenalkan diri saya dan ia menjawab beberapa pertanyaan saya, diantaranya soal apa yang digeledah polisi sehari sebelum saya tiba dan bagaimana Jajang melakukan komunikasi. Saya yakin jawabannya yang keluar adalah jawaban jujur.
Setelah saya cek ulang dengan Ketua RW hingga Kepala Desa setempat, jawabannya konsisten. Di sini kerja saya persis penyidik. Untuk cek dan ricek, apapun akan saya lakukan.
Apa yang saya dapatkan?
Barang yang digeledah dan disita Polisi mayoritas adalah alat komunikasi HP hingga notebook.