Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlawanan Koruptor dan Oligarki Berbungkus Agama dan Sentimen Etnis

15 Mei 2017   09:00 Diperbarui: 15 Mei 2017   15:46 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat blusukan bersama, Kamis (27/2/2014).

Hebohnya terpilihnya Menteri Susi mengawali era Jokowi. Begitu gencar penolakan yang lagi-lagi dibungkus agama. Cacian dan cercaan terhadap cara berpakaian Menteri Susi, gaya berbicaranya, merokoknya, tatonya, semua dikemas dengan bungkus agama.

Korupsi besar-besaran di bidang perikanan dan kelautan Indonesia diobrak-abrik tanpa gentar. Kapal-kapal negara asing yang entah sudah berapa dasawarsa berkeliaran di perairan Indonesia mengeruk kekayaan laut Indonesia satu per satu ditenggelamkan tanpa ampun.

Protes keras negara-negara lain, beberapa kali sempat hampir terjadi insiden diplomatik antar negara, beberapa kali nyaris terjadi kontak senjata total, semuanya tidak dianggap oleh Menteri Susi, semuanya hajar tanpa ampun. Pola lama patronasi dan oligarki 'semua bisa diatur dan dibantu' buyar berantakan. Kedaulatan maritim Indonesia paling tegak dan berdaulat semenjak Indonesia merdeka.

Siapa yang terusik? Dari bisik-bisik terhembus para pemangku kepentingan urusan bisnis laut di dalam kerajaan bisnisnya yang nyaman di sentra-sentra bisnis Jakarta (Sudirman, Thamrin, Kuningan) sewot.

Bubarnya PETRAL dan diobrak-abriknya urusan perminyakan; sekarang tongkat estafet dilanjutkan oleh (lagi-lagi) Ignatius Jonan, membuat banyak pihak yang berkepentingan dengan licinnya emas hitam ini kelimpungan dan berang. Sekali lagi bisik-bisik sesosok nama yang selama ini 'antara ada dan tiada' diyakini adalah salah satu yang mendanai gonjang-ganjing politik selama ini.

Bergesernya Jokowi dari DKI-1 menjadi RI-1 dan tongkat estafet dilanjutkan wakilnya dari DKI-2 menjadi DKI-1, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi mimpi buruk bagi kebanyakan kerajaan bisnis Indonesia yang dibangun dari peninggalan pola lama patron dan oligarki.

Mimpi buruk tak berhenti di situ saja, mimpi buruk terus meluas di kalangan birokrasi, dewan dan seluruh jajaran pemerintahan DKI Jakarta. Tanah Abang yang ditertibkan sejak zaman Jokowi, penertiban seluruh urusan kependudukan, urusan birokrasi, urusan anggaran APBD, dan seribu-satu urusan lainnya.

Jakarta adalah Ibu Kota Indonesia, cermin dan wajah Indonesia. Akhirnya untuk pertama kalinya semenjak masa kepemimpinan Ali Sadikin, wajah Jakarta bertransformasi total. Rumah-rumah kumuh di pinggiran Waduk Pluit lenyap seketika, Kalijodo yang memiliki sejarah panjang (sebanding dengan Dolly Surabaya) lenyap, jalan-jalan, trotoar, sungai, taman-taman kota, ruang terbuka hijau, perijinan, dan banyak lagi aspek bertransformasi total.

Sungguh sayang sekali jika transformasi wajah Ibu Kota Indonesia ini akan berhenti dan segera kembali ke wajah lamanya.

Semoga tidak terjadi. Masih ada setitik 'harapan utopia' bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih yang baru ini minimal bisa melanjutkan transformasi total ini atau bahkan melakukan terobosan-terobosan baru.

Namun sepertinya bahkan setitik 'harapan utopia' pun hanyalah harapan belaka. Tak perlu menunggu lama, Tanah Abang dalam hitungan hari sudah kembali ke khitah-nya semula yang super macet, super semrawut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun