Di mejanya masih ada satu teko teh, dan dua gelas teh kental tanpa gula kesukaannya. Ruang tamu bergaya jawa dengan gebyok dan beberapa foto keluarga. Di sekitar ruang tamu ada beberapa keranjang Kacang tanah hasil panenenya.
“Mari sini mas,” katanya dalam bahasa Jawa.
Setelah beberapa saat berbincang, dia menceritakan tentang proses pengambilan gambar film Ziarah yang menjadikan dirinya sebagai nomine aktris terbaik.
Meski usianya lebih dari 90 tahun, namun ingatan Mbah Ponco tentang pembuatan film tahun 2015 lalu masih diingatnya dengan baik. Meski tak begitu detail, Mbah Ponco bisa menceritakan beberapa adegan.
Dia mengaku saat pengambilan gambar diajak ke beberapa lokasi di desanya, dan beberapa lokasi lainnya, seperti di wilayah Bayat dan Jombor, Klaten. Sampai ke Embung Bathara Sriten di Kecamatan Nglipar Gunungkidul.
“Saya diajak dua kali yang hari pertama empat hari dan yang hari kedua delapan hari. Itu masuk ke desa-desa, di Jombor, Bayat, Klaten, Sriten,” ucapnya.
Jika merujuk dari sinopsis film tersebut, Pada saat agresi militer belanda ke-2 di tahun 1948, Sri terpisah dengan Prawiro. Setelah beberapa tahun mencari tak ketemu, dan akhirnya bertemu dengan seorang sahabat Prawiro.
“(Dalam film) itu, nama saya Sri, katanya saya disuruh mencari kuburan seseorang, dan saya beli kembang di pasar, lalu menaburkan di atas makam,” ucapnya.
Baca juga: Mbah Ponco Sutiyem, Nenek 95 Tahun Bersaing dengan Cut Mini di Festival Film ASEAN
Dia mengaku tak bisa membaca sama sekali, dan mengikuti segala sesuatu yang diarahkan oleh sang sutradara. Meski tak memiliki kemampuan akting, dirinya tak minder untuk beradu peran dengan beberapa pemain.