"Yang heran di era penuh kebebasan ini, kok kita mundur lagi, sebagian sudah mulai membicarakan masalah kesukuan, masalah keagamaan dan keturunan. Sesuatu yang 1928 dan 1945 pendiri bangsa ini paham betul hal itu harus disingkirkan," kata Tito.
Oleh karena itu, kata Tito, jika masyarakat kembali ke hal-hal yang bersifat primordialisme kesukuan, keagamaan dan mulai melupakan kebangsaan, maka akan sangat berbahaya bagi kebinekaan.
Baca juga: Kapolri: Kita Bersatu Lagi, Warga Jakarta
Tito mengatakan, kalau cinta NKRI maka harus kembali kepada spirit para pendiri bangsa. Singkirkan perbedaan suku, agama, ras dan perkuat persatuan dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Sibuk kita cakar-cakaran di dalam, sibuk kita melihat identitas masing-masing dari suku, agama dan ras, bangsa ini tidak akan maju. Yang tepuk tangan tetangga-tetangga kita, karena dunia ini sudah kompetitif sekali, antarnegara saling bersaing," pungkasnya.