JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komunitas Ciliwung Merdeka Sandyawan Sumardi menilai pemindahan warga bantaran kali ke rumah susun hanya propaganda politik.
"Ada propaganda politik mengatakan penggusuran ini cara yang harus dikatakan sukses dan klaim penempatan di Rawa Bebek memanusiakan," kata Sandyawan, saat ditemui di Sekretariat Ciliwung Merdeka, di Jalan Kebon Pala II, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (3/4/2017).
(baca: Ciliwung Merdeka Sebut Mayoritas Warga Korban Gusuran di Bukit Duri Belum Dapat Rusun)
Sandyawan melontarkan pernyataan itu saat membeberkan data temuan Ciliwung Merdeka mengenai banyaknya warga asli bantaran Kali Ciliwung di Bukit Duri yang tidak mendapatkan unit hunian di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Rawa Bebek.
Menurut Sandyawan, banyak penghuni justru adalah warga yang sebenarnya tidak berhak dan bahkan tidak pernah tinggal di Bukit Duri.
(baca: Ciliwung Merdeka Tegaskan Jauh dari Kepentingan Politik)
Sandyawan menuding ada upaya untuk memanipulasi data dan fakta yang dilakukan secara masif dan sistematis.
 "Propaganda seringkali melibatkan pemerintah, warga dan golongan berpengaruh untuk mencapai tujuan strategis. Jadi propaganda itu pesan untuk memengaruhi pikiran masyarakat, membentuk persepsi dan memanipulasi pikiran untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan penyebar propaganda," ujar Sandyawan.
(baca: Ciliwung Merdeka Perlihatkan Video Ahok Janji Tak Gusur Bukit Duri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H