Pada akhirnya hayatnya, Brutus mati bunuh diri seusai kalah dalam peperangan melawan pasukan Marcus Antonius alias Mark Antony, salah satu jenderal perang Roma dan orang kepercayaan Caesar.
Terlepas dari statusnya sebagai pembunuh Caesar, Brutus mendapat perlakuan layak saat dimakamkan. Antony memakai jubah termahalnya untuk menyelimuti jasad Brutus.
Nama Brutus kemudian "diabadikan" menjadi cap bagi para pengkhianat, yang memang biasanya berasal dari lingkaran dalam seseorang.
King Lear
Dalam karya lainnya, Shakespeare menuliskan kisah pilu tentang Raja Lear. Dalam sandiwara "King Lear", Shakespeare menceritakan kisah pengkhianatan sejumlah orang terdekat Raja Lear.
Berdasarkan History of the Kings of Britain, Leir disebutkan sebagai pendiri Leicester City. Patung sang raja pendiri Kota Leicester itu kini bisa ditemui di Danau King Lear di Watermead Country Park.
Patung tersebut merupakan gambaran dari adegan akhir sandiwara "King Lear". Sang raja tampak bersedih ketika melihat putri kesayangannya, Cordelia, tak bernyawa. Dia pun mengutuk para pengkhianat, lalu memilih jalan kematiannya sendiri.
Beberapa abad setelah kematian Raja Leir dan putrinya, dugaan pengkhianatan juga terjadi di Leicester City, klub kebanggaan kota tersebut. Bedanya, Shakespeare di klub berjulukan The Foxes alias Si Rubah itu tidaklah menjadi pembuat cerita, melainkan lakon utamanya.
Adalah Craig Shakespeare yang menjadi subyek utama cerita. Dia adalah mantan asisten pelatih Claudio Ranieri sekaligus dicap sebagai "penikam" dalam proses pemecatannya.
Seperti halnya Julius Caesar, Ranieri merupakan anak asli Kota Roma. Sepanjang hidupnya, Caesar telah mewariskan sejumlah hal berharga dalam hal kesusastraan, politik, maupun budaya.
Demikian pula dengan Ranieri. Dia menjadi pelatih tersukses sepanjang 133 tahun sejarah Leicester City dengan mempersembahkan gelar juara Premier League, kasta teratas Liga Inggris.