SEOUL, KOMPAS.com -Â Ribuan warga Korea Selatan mengamuk menanggapi pemecatan Presiden Park Geun-hye oleh sebuah keputusan bersejarah Mahkamah Agung , Jumat (10/3/2017.
Massa loyalis Park berteriak dan memukul polisi dengan tiang bendera. Mereka menaiki bus polisi yang digunakan untuk barikade melindungi kantor MA, di mana sidang pemakzulan dilakukan.
Pada sekitar pukul 14.30 waktu setempat, polisi Korsel mengatakan sudah dua orang tewas dalam kekacauan itu. Namun tidak ada penjelasan detail tentang penyebab kematian korban kedua.
Tentang korban tewas pertama dijelaskan oleh pihak rumah sakit, sebagaimana dilaporkan Associated Press. Petugas rumah sakit mengatakan, seorang pria berusia 70 tahun meninggal karena luka parah di bagian kepalanya.
Pria tersebut jatuh dari bus polisi di depan MK pasca-pemakzulan Park. Ia diyakini sebagai pendukung Park. Ia tiba di dalam kondisi parah dan akhirnya meninggal pada pukul 13.50.
Menteri Pertahanan Korsel, Han Min Koo, telah memerintahkan militer untuk waspada untuk kemungkinan provokasi oleh Korut untuk mengeksploitasi "situasi tidak stabil di dalam negeri dan luar negeri."
Dalam konferensi video, Jumat, dengan komandan militer, Han Min Koo mengatakan, Korut bisa saja melakukan provokasi "strategis atau operasional" setiap saat.
Korut baru saja menembakkan empat rudal balistik ke Laut Timur, atau Laut Jepang, dengan tiga di antaranya jatuh di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang.
Korut, demikian kantor berita resmi negara itu KCNA, telah mengirimkan pesan singkat atas hasil sidang putusan MA itu bahwa Park sekarang akan diselidiki sebagai penjahat biasa.
Belum ada komentar resmi dari sisi Park. Namun, ribuan pendukungnya  marah besar dengan mengamuk dan melakukan perlawanan di depan MA, yang diprediksi dapat meluas ke seluruh wilayah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H