JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi sepanjang Februari 2017 tercatat sebesar 0,23 persen. Pengeluaran masyakarat untuk listrik menjadi kontributor terbesarnya mencapai 0,11 persen.
Di luar itu, sejumlah pengeluaran lainnya juga memiliki andil terhadap besarnya inflasi Februari 2017. Misalnya saja pengeluaran untuk rokok kretek dan rokok kretek filter yang berkontribusi total 0,02 persen kepada inflasi.
"Jadi yang merokok kembali menyumbang inflasi," ujar Kepala BPS Suharyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (1/3/2017).
Selain rokok, kenaikan harga emas perhiasan pada kelompok barang sandang juga menyumbang inflasi. Dari catatan BPS, sumbangannya mencapai 0,05 persen. Terakhir, penyumbang inflasi yang cukup besar adalah tarif pulsa ponsel. Andilnya mencapai 0,05 persen terhadap inflasi Februari 2017.
Sejak beberapa bulan lalu, sensitivitas tarif pulsa terhadap inflasi terus menguat. Pada November 2016, harga pulsa menyumbang inflasi mencapai 0,02 persen. Sementara itu pada Desember 2016 lalu, saat inflasi nasional 0,42 persen, kontribusi harga pulsa mencapai 0,05 persen.
Titik tertinggi terjadi pada Januari 2017, kontribusinya mencapai 0,08 persen. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati, semakin besar kenaikan harga barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat, maka kontribusi terhadap inflasi akan semakin besar.
"Ini (pulsa) dipergunakan oleh banyak masyarakat, dengan begitu maka semakin besar barang itu di butuhkan, maka sensitivitas terhadap kenaikkan harga itu relatif tinggi," ujar Enny kepada Kompas.com, Jakarta, Selasa (7/2/2017).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H