Mohon tunggu...
JTO
JTO Mohon Tunggu... wiraswasta -

Berpengalaman mengelola perusahaan penerbitan media cetak dan televisi lokal. Sekarang penulis, pengajar dan pengelola rumah produksi. Memberi pelatihan jurnalistik untuk wartawan dan praktisi kehumasan. Memberi konsultasi bisnis media dan strategi komunikasi. Menulis buku Bisnis Gila (2004) dan Akal Sehat Dahlan Iskan (2014), Semua Orang Bisa Sukses (2015) dan Investasi Mulia (2016) email: intartosaja@gmail.com. Blog: www.catatanmuriddahlan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Juragan Nasi Kuning Milenial

6 Mei 2019   05:14 Diperbarui: 6 Mei 2019   05:18 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Insinyur peternakan itu mengambil keputusan yang sangat berani: Dari manager pabrik pakan ternak menjadi pengusaha kuliner rumahan. Meski tidak keren, Yusrin Yunus mengaku bangga menjadi pengusaha di kampung halamannya: Makassar.

Nasi kuning begitu popular di kawasan Indonesia Timur. Makanan yang satu ini mudah ditemukan di semua kota: Dari Sulawesi hingga Maluku.

Bila diperhatikan, hampir semua pedagang nasi kuning di Indonesia Timur berasal dari Sulawesi Selatan. Ada juga generasi kedua dan ketiga yang sudah berstatus warga lokal. Tetapi moyangnya dari Sulawesi Selatan.

Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, nasi kuning merupakan menu makanan sehari-hari. Akhirnya nasi kuning identik dengan budaya kuliner Sulawesi Selatan.

Karena itu, jangan heran kalau di Makassar, begitu banyak orang yang menjual nasi kuning. Dari warung kaki lima hingga hotel bintang lima. Nasi kuning juga bisa diperoleh kapan saja: pagi, siang, sore dan malam. Di warung 'bagadang' menu nasi kuning tersedia selama 24 jam.

Dalam bisnis yang begitu banyak pemain itulah, Yusrin masuk. Alumni Universitas Tadulako itu mengusung brand 'Bunda' untuk produk nasi kuningnya.

Pemakaian brand dalam bisnis nasi kuning di Makassar merupakan sesuatu yang baru. Saat Yusrin memulai bisnis kulinernya, tiga tahun lalu, belum banyak pedagang nasi kuning yang 'sadar merk'.

Mayoritas pedagang hanya menggunakan istilah generik: 'nasi kuning' sebagai informasi warungnya. Bahkan pedagang kaki lima tidak memasang papan informasi sekali.

Berkat brand 'Bunda', nasi kuning produksi Yusrin lebih mudah diingat konsumen. Brand 'Bunda' menjadi keunggulan sekaligus pembeda nasi kuning buatan Yusrin dengan nasi kuning buatan pedagang lainnya.

Kiat Yusrin sekarang ditiru banyak pedagang nasi kuning. Bahkan brand 'Bunda' juga digunakan pedagang lainnya.

''Saya tidak mempersoalkan pemakaian nama 'Bunda'. Tapi saya harus menemukan strategi agar konsumen bisa membedakan bahwa 'Bunda' yang itu tidak sama dengan 'Bunda' yang ini. Bagaimana caranya?'' tanya Yusrin.

Sebagai praktisi komunikasi, saya memberi saran kepada Yusrin untuk menambahkan logo dan icon 'Bunda'. Dengan adanya dua unsur baru itu, 'Bunda' versi Yusrin akan berbeda dengan 'Bunda' yang lain.

Selain soal brand, produk nasi kuning 'Bunda' juga bisa dibedakan dari produk kompetitor karena kontennya yang unik dan inovatif. Salah satunya, menjadikan rendang yang dinobatkan sebagai masakan terenak sedunia itu sebagai varian nasi kuning buatannya. Jadilah menu baru: nasi kuning rendang. Memadukan citarasa Sulawesi Selatan dengan Sumatera Barat.

''Ke depan, bukan tidak mungkin lahir varian menu baru. Nasi kuning dengan daging sapi resep Jawa atau Sunda dan Aceh. Seperti mi instan yang sekarang punya banyak varian rasa,'' tambahnya.

Dalam menjalankan bisnis, Yusrin juga sudah menggunakan bantuan software akuntansi. Aplikasi itu membantunya untuk mengontrol penjualan di dua outletnya: satu warung dan satu mobil keliling. ''Pencatatan transaksi maupun penghitungan laba rugi juga sudah diketahui secara real time,'' kata mantan wartawan harian 'Mercusuar' Palu itu.

Bila Anda sedang di kota Makassar, cobalah makan nasi kuning. Bila ingin merasakan yang istimewa, ada pilihan nasi kuning Bunda. ''Kami ada layanan antar ke alamat pembeli di seluruh kota Makassar,'' kata Yusrin menutup pembicaraan.

Saya mengenal Yusrin sudah sangat lama. Dulu, ia pernah menjadi karyawan saya. Selama empat tahun ia menjadi wartawan di harian 'Mercusuar' Palu yang saya pimpin. Saat masih mahasiswa hingga lulus sarjana. Bersama saudara kembarnya: Yusran Yunus.

Selepas kuliah, Yusran Yunus bergabung dengan harian 'Bisnis Indonesia'. Meneruskan profesi sebagai jurnalis.

Yusrin yang berpindah haluan. Bekerja di perusahaan pakan ternak Wonokoyo di pabrik yang berada di Kalimantan. Sesuai bidang keilmuan yang ditekuni di perguruan tinggi.

Berpindah kuadran. Itulah yang dilakukan Yusrin. Bosan jadi karyawan, ia banting setir menjadi juragan. Pada usia yang masih sangat muda.(jto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun