Mohon tunggu...
Abdul Salam Atjo
Abdul Salam Atjo Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuluh Perikanan

Karyaku untuk Pelaku Utama Perikanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Peran Penyuluh Perikanan dalam Pengembangan Komoditas Unggulan di Pasar Mancanegara

5 Maret 2017   09:56 Diperbarui: 5 Maret 2017   10:57 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petambak sedang Panen Udang Windu

Keterlibatan penyuluh perikanan sangat penting dalam membimbing dan mendampingi pembudidaya dalam melakukan budidaya udang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selama ini para penyuluh perikanan telah melakukan pendampingan dalam penumbuhan dan pengembangan kelompok pelaku utama perikanan. Dari tujuh point yang dipersyaratkan oleh pasar Amerika dan Eropa, sebagian telah dilaksanakan pembudidaya melalui pendampingan penyuluh perikanan. Misalnya pencatatan kegiatan kelompok, dokumentasi kelompok baik pada kegiatan pertemuan maupun kegiatan proses produksi. Sebagian besar kelompok telah dilengkapi buku-buku administrasi melalui kegiatan pendampingan dan penumbuhan kelompok oleh penyuluh perikanan.

Udang windu merupakan komoditas ekspor andalan bagi kabupaten Pinrang. Komoditas ini mampu berkontribusi besar terhadap perolehan devisa negara. Selama ini udang windu hasil produksi petambak di Pinrang diekspor ke Jepang oleh PT Atina dalam bentuk udang beku. Kini, pasar Amerika dan negera-negara Eropa membuka peluang pasar bagi udang windu dari kabupaten Pinrang.

Kabupaten Pinrang salah satu daerah penghasil utama udang windu di provinsi Sulawesi selatan. Sebagian besar udang windu Pinrang diekspor ke Jepang melalui PT Alter Trade Indonesia (Atina). Direktur PT Atina, Harry Yuli Susanto mengatakan, selama ini Atina mengekspor udang windu Pinrang ke Jepang sebesar 300 ton pertahun. Udang windu tersebut diproduksi oleh 1.117 petambak anggota Atina dari luas lahan 3.474 yang tersebar di kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattirosompe, Cempa dan Duampanua.

 “Pasar udang windu di Jepang mulai stagnan sehingga kami berupaya ekspansi ke pasar Amerika dan negara-negara di kawasan Eropa,” ungkap Harry dalam pertemuan dengan penyuluh dan staf dinas perikanan yang dihadiri kepala Dinas Perikanan dan tenaga ahli Dinas Perikanan, Prof. Hatta Fattah di aula Dinas Perikanan kabupaaten Pinrang,kemarin.

Kepala Dinas Perikanan Pinrang, Andi Budaya Hamid menyambut antusias rencana pasar Amerika dan Eropa untuk menyerap produksi udang windu dari Pinrang. Andi Budaya mengatakan, peluang pasar udang windu terbuka lebar, selain diekspor ke Jepang juga negara Amerika dan Eropa telah membuka pasar. Oleh karena itu Andi Budaya menekankan, peluang pasar tersebut perlu disikapi dengan memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh negara-negara  importir tersebut.

Harry menjelaskan lebih lanjut, volume ekspor udang windu ke pasar Amerika dan Eropa tidak terbatas, namun sebagai tahap awal pihaknya menargetkan sekitar 50 ton per bulan. Untuk memasuki pasar udang windu tersebut kata Harry, memerlukan berbagai persyaratan ketat yang harus dipenuhi oleh pembudidaya.  

Pada pertengahan tahun ini tim Seafoodwatch dari Amerika dan Eropa merencanakan datang mengunjungi beberapa petambak udang di Pinrang untuk melihat langsung lokasi pertambakan udang dan melakukan wawancara kepada petambak terkait dengan cara budidaya udang. Harry mengatakan, paling tidak ada tujuh point penting yang akan ditanyakan oleh tim tersebut kepada petambak. Pertama,  ketertelusuran ( tracebility) meliputi legalitas tambak, kesesuaian standar budidaya udang yang benar, dokumen tambak dan lainnya. Kedua, manajemen kesehatan udang, meliputi pemataun kesehatan udang, kualitas air, penggunaan antibiotik dan obat kimia. Ketiga, sumber benur, meliputi ketelusuran dokumen penerimaan benur, identifikasi penyedia benur dan lainnya. Keempat, penyediaan sumber pakan, kelima dampak lingkungan. Keenam, aspek sosial dan ketujuh, standar pembenihan udang. “ Perwakilan calon konsumen udang windu Amerika dan Eropa tidak mau menerima laporan lisan dan tertulis, mereka ingin melihat langsung di lapangan,” tambah Herry.   

Tenaga ahli Dinas Perikanan Pinrang, Prof. Hatta Fattah mengatakan, keinginan pasar untuk menentukan berbagai persyaratan harus dipenuhi oleh produsen. “Sebab tidak ada gunanya produksi yang tinggi kemudian tidak laku di pasaran, sehingga peningkatan produksi harus sejalan dengan keinginan pasar,” ungkap Hatta Fattah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun