Kondisi pertambakan udang di kabupaten Pinrang mulai banyak masalah. Selain tekstur dan karakterisitik tanah tambak juga kualitas perairannya. Jika kondisi tersebut dibiarkan tanpa penanganan maka penyakit udang terus menghantui.
Untuk mengantisipasi agar kondisi pertambakan udang di Pinrang tidak terus memburuk maka peneliti dari Balai Penelitian Budidaya Air Payau, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan survei kelayakan usaha pertambakan udang di kawasan Minapolitan kabupaten Pinrang. Tim peneliti yang diketuai oleh Prof. Ahmad Mustafa langsung turun lapangan untuk melakukan pengujian kualitas tanah dasar dan air tambak. Kegiatan survei tersebut berlangsung 7- 12 Maret 2016 di desa Wiringtasi dan desa Tasiwalie kecamatan Suppa.
Salah seorang tokoh petani tambak di desa Wiringtasi, P.Parajai menyambut antusias tim peneliti dari Balitbang KP. “Saya sangat bersyukur karena adanya tim peneliti untuk mengukur kualitas tanah dan air tambak yang selama ini petambak kurang mengetahui tentang kondisi tanah dan air tambaknya sehingga kadang terjadi masalah penyakit yang menyerang udang,” ungkap P.Parajai, kemarin. Parajai menjelaskan, kondisi tanah tambak di daerah Wiringtasi masih banyak yang tidak diolah sebelum tebar bibit udang. Bahkan diakuinya banyak lahan tambak tidak dikeringkan secara sempurna lalu ditebari bibit udang sehingga hasil panennya tidak maksimal.
Permasalahan yang dialami P.Parajai juga dikeluhkan oleh petambak udang yang lain di Pinrang. Karena sebagian besar petambak berstatus sebagai pengontrak lahan sehingga jarang dilakukan pengeringan total karena dikejar waktu. Banyak dari petambak hanya satu kali melakukan pengeringan selama setahun dengan sistim tebar susulan. Padahal menurut Prof. Ahmad Mustafa setiap akan menebar benih udang dilakukan persiapan tambak yang sempurna dengan melakukan pengangkatan lumpur, pengeringan sampai retak, pemberantasan hama, pemupukan dan pengapuran yang disesuaikan dengan kondisi tanah dasar tambak. “Inilah yang kami tidak mengetahui berapa sebenarnya dosis pupuk dan kapur yang akan digunakan pada persiapan tambak karena kami tidak mengetahui kondisi tanah dasar tambak,” ungkap P. Kasau, petanai tambak di dusun Menralo desa Wiringtasi Suppa.
Ahmad Mustafa menjelaskan, tambak-tambak yang berlumpur tebal kondisi tanahnya cenderung masam. Jika tanah masam atau kadar pH rendah maka akan mengikat unsur posfat yang ada di dalam tanah. “Berapa banyakpun pupuk TSP yang diberikan ke tanah tambak tidak akan berguna jika pH rendah karena akan diikat oleh besi (Fe) di dalam tanah tambak,” kata Ahmad Mustafa. Tanah tambak yang masam dapat dicirikan dengan munculnya warna kuning kemerahan pada dasar tambak ketika dimasukkan air laut. Untuk menangani tanah masam maka Ahmad Mustafa menyarankan untuk melakukan remediasi atau pencucian tambak lalu dilakukan pengapuran tanah tambak. Karena itu dalam survei ini selain melakukan pengukuran kualitas air tambak dan perairan laut di sekitar kawasan tambak juga dilakukan pengambilan sampel tanah dasar tambak untuk diuji kadar pH fox dan Ph Redox.”Pada umumnya tambak yang dikeringkan Ph Redoxnya positif sedangkan tambak yang tergenang air pH redoxnya negatif. “Artinya jika negatif cenderung menimbulkan masalah pada kualitas air yang dapat mempengaruhi daya tahan tubuh udang yang dipelihara di tambak,” kata Ahmad.
Penanggung jawab kegiatan Survei Dr. Tarunamulia, ST, M.Sc mengatakan, survey ini merupakan bagian dari penelitian evaluasi kesesuaian lahan tambak untuk penerapan berbagai teknologi budidaya yang sesuai. Parameter yang disurvei diantaranya suhu air, kecerahan dan pola amplitudo pasang surut air laut, oksigen terlarut, Amoniak, salinitas, pH dan H2S. Tambak-tambak yang disurvei akan dipetakan sehingga akan tergambar nomor petak, luas, nama pemilik dan kondisi tambak masing-masing petakan. “Data-data tambak tersebut kami akan masukkan di web sehingga memudahkan untuk mengetahui nama pemilik dan kondisi karakakteristika tambaknya tinggal diklik,” kata Taruna.
[caption caption="Pengambilan sampel air tambak/Dokpri"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H