Dalam rangka peningkatan produksi udang di kabupaten Pinrang maka Pemkab Pinrang menggandeng Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) wilayah IV Makassar untuk kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) bagi pembudidaya tambak di kecamatan Suppa.
Kegiatan SLI ini diputuskan dalam pertemuan antara Pemkab Pinrang dengan pihak BBMKG Makasar di ruang pertemuan Sekda Pinrang beberapa waktu lalu. Sebagai tindak lanjut hasil pertemuan tersebut maka pihak BBMKG Makassar melakukan survey lapangan di lokasi pertambakan udang di desa Wiringtasi dan desa Tasiwalie kecamatan Suppa, kemarin. Kegiatan ini melibatkan akademisi dari fakultas ilmu kelautan dan perikanan UMI makassar, penyuluh perikanan dan kelompok petani tambak.
Prof. Hattah Fattah yang menginisiasi munculnya kegiatan SLI perikanan mengatakan, selama ini petambak udang masih terkendala dalam memprediksi cuaca sehingga terkadang mengalami gagal panen akibat kemarau atau curah hujan yang tinggi. Sehingga kedepan agar kegagalan yang diakibatkan oleh jadwal tebar benur yang tidak tepat dapat diatasi melalui SLI ini. “Selama ini ada sejumlah petambak gagal panen akibat udangnya mati kekeringan karena tidak ada hujan dan tidak terjangkau air pasang surut laut,” ungkap Prof. Hattah Fattah. Ditambahkan Hattah, dengan memahami prakiraan cuaca maka petambak bisa melakukan penebaran bibit udang yang diperkirakan bisa panen sebelum datang kemarau.
Petugas peramal cuaca BBMKG Makassar Siswanto, S.Si di Suppa kemarin menjelaskan. SLI merupakan sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh BBMKG Makassar kerjasama dengan Pemkab Pinrang yang bertujuan untuk menjembatani peningkatan pemahaman mengenai informasi iklim bagi para petugas di lapangan termasuk Penyuluh dan petani tambak di Pinrang. “Para petani dan penyuluh yang mengikuti Sekolah Lapan Iklim agar dapat memahami dan memanfaatkan informasi iklim secara efektif dalam mendukung peningkatan produksi udang di Pinrang,” kata Siswanto.
Diungkapkan Siswanto, prakiraan hujan atas normal di wilayah kabupaten Pinrang pada Januari 2016. Namun awal musim hujan bawah normal mulai minggu I Desember 2015. Dengam mengetahui prakiraan musim hujan tersebut, Prof. Hattah Fattah menghimbai kepada petambak agar tidak terburu-buru melakukan penebaran benur karena beresiko tinggi dengan suhu dan salinitas air tambak yang ekstrim saat ini.
Siswanto mengharapkan agar petani tambak dan petugas lapangan dapat memahami gejala dari perubahan dan variasi iklim. Untuk itu, penyuluh perikanan mempunyai peran penting dalam menerjemahkan data tersebut menjadi informasi iklim yang berguna dan bermafaat bagi para petani tambak untuk memutuskan jadwal tebar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H