Apa sih di benak kalian jika menyebut status romantis?. Bukan, sama sekali bukan status di dinding FB yang mengutip quote dari buku puisi yang kami maksud.
Menurut Mbak Diana, psikolognya Kompal menyebutkan ada banyak status dalam hubungan romantis. Ada friend with benefit, ada teman tapi mesra (ttm), ada selimut tetangga, kekasih gelap, kekasih tak dianggap, kekasih bayangan.
Hmm... Penggemar karaoke tampaknya segera bersenandung nih baca status romantis yang disebutkan oleh Mbak Diana. Atau setidaknya terbersit "loh kok kayak judul lagu".
Apakah platonik pun masuk dalam status romantis?. Masih menurut Mbak Diana bahwa platonik merupakan klasifikasi baru cinta dalam diam tanpa hasrat.
Dokter Posma membantah mengenai hal ini, menurutnya cinta itu adalah hasrat,  yang tampaknya Mang Edi pun sependapat dengan menyatakan rasa suka itu saat  sukmaku tersentak dan hormonal bergejolak.
Bahasan menjadi semakin menarik  jika menyerempet perselingkuhan dan hubungan suami istri.
Uhuk... Kadang obrolan dalam kelambu itu tabu tapi bikin penasaran buat cari tahu. Bahkan Ubak Posma dan Mang Edi dapat bersilang pendapat.
Menurut Ubak Posma ukuran selingkuh itu jika sudah pakai hati, jika hanya pakai organ seharusnya dibawa santai saja.
Karena ada selingkuh sex dan hati, ada selingkuh sex tanpa hati,ada selingkuh hati tanpa sex. Jadi selingkuh pun ada menunya. Tinggal tegaskan dari awal sepakat mau yang mana.
Menurut Mang Edi selingkuh itu melibatkan sex dan hati.
Selingkuh tanpa organ itu yang kadang membuat perempuan menyinggung kelelakian.
Risikonya pasca hubungan yang tidak memuaskan dapat memicu kekerasan dan kematian. Karena menurut Mang Edi perselingkuhan yang tidak memuaskan perempuan yang berselingkuh, justru perempuan itu yang rugi. Sudah melakukan pengkhianatan, kepuasan pun tidak ia capai.
Dalam hal ini justru memantik rasa penasaran dokter Posma, apakah sebegitu perlunya perempuan merasa terpuaskan?Â
Hemmm... Memancing penasaran kita juga kan? He .. He..
Status Romantis dan Profesionalisme
Rasa cinta itu sebuah anugerah, tetapi ada batasan yang menghalangi. Termasuk etika profesi.
Salah satu kode etik profesi psikolog menyatakan bahwa tidak boleh ada relasi romantis antara psikolog dan klien, musti menunggu 5 tahun perujukan. Hal ini termaktub dalam buku pedoman kode etik psikolog.
Kalau ada yang sudah nonton It's Okay if It's not Love atau Kill Me, Heal Me. Film-film ini berkisah tentang hubungan antara psikiater dan pasien gangguan jiwa. Pada  endingnya mengambang, mereka tidak bersatu dalam hubungan romantis. Alasan utamanya karena hal ini terkait kode etik. Jika ending dijadikan bersama, akan banyak protes dari praktisi ilmu kejiwaan.
Kalian umur berapa tahu tentang hal ini? He.. He...
Jadi, yang geregetan dengan ending film ini dan penasaran mengapa ending dibuat demikian sudah bisa tidur nyenyak.
Kompasianer tengah menjalani status yang mana. Kompal mendoakan kompasianer budiman dalam kisah romantis yang membahagiakan dan mencerahkan.
Perlu dipertimbangkan saran Mang Edi "Hindari perselingkuhan, jika sudah tidak cocok. Lebih baik berpisah baik-baik".
Jangan lupa untuk follow akun kompal di Kompasiana, juga follow IG-nya @kompasianerpalembang, buat ikutin keseruan kompal.
Ikuti terus kelakar kompal, kira-kira bahasan selanjutnya apa ya?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H