Mohon tunggu...
Kompasianer Palembang
Kompasianer Palembang Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Palembang

Wadah, ruang silaturrahim, sharing and connecting Kompasianer Palembang menyuarakan Sumatera Selatan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kompal Menikmati Malam di Lorong Basah Palembang

19 Februari 2018   18:41 Diperbarui: 19 Februari 2018   18:56 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Long weekend menjelang perayaaan tahun baru Imlek kemarin berkah tersendiri buat kompal, karena secara sporadis anggota kompal kumpul begitu saja di kamis malam, 15 Februari 2018.

Padahal jika kegiatan direncanakan dengan matang, malah seringkali batal. Kebetulan malam itu Kak Du yang sekarang sudah dimutasi dari Sibubuhan ke Sorolangun (tanya sendiri sama dia Sorolangun itu ada dimana) tiba di Palembang malam itu. Awalnya, kompal hendak berkumpul di sebuah acara literasi yang mendatangkan narasumber Kang Maman di sebuah caf di bilangan jalan Diponegoro Palembang, tetapi karena sesuatu dan lain hal acara tersebut ditunda oleh panitia.

Kemudian muncul ide untuk menikmati malam dengan wisata kuliner, melengkapi menikmati destinasi wisata yang dilakukan pada kegiatan kompal minggu-minggu sebelumnya. Kebetulan Pemerintah Kota Palembang membuat destinasi wisata kuliner baru yakni Lorong Basah Night Culinery, yang baru saja diresmikan pada 10 februari 2018 lalu. Tempat ini dijadikan wisata alternatif, tempat menjajakan beraneka macam panganan terutama khas Palembang. Karena Palembang memang kaya akan berbagai aneka macam makanan khas, bukan cuma pempek dan turunannya.

Penasaran mengapa disebut lorong basah? nama resmi lorong ini adalah Jalan Sentot Ali Basa. Syahdan diceritakan bahwa lorong ini dinamakan lorong basah adalah jalan yang dilewati orang yang membawa air dari sungai Musi untuk diangkut ke rumah-rumah penduduk yang berada di sekitaran jalan Masjid Lama. Karena airnya berceceran sehingga jalan tersebut becek /basah.

Area ini memang dikenal area perdagangan sejak zaman kolonial, karena memang tempatnya strategis di pusat kota Palembang, sangat dekat dengan Bundaran Air Mancur, Masjid Agung dan Jembatan Ampera. Siang hari tempat ini adalah pusat perdagangan mulai dari bumbu rempah,pakaian seolah samapi perabit rumah tangga, juga lokasi ini yang paling sering dipakai pedagang kaki lima dan seringkali kesan semrawut dirasakan selama ini. 

Suasana Lorong Basah Night Cullinary (Dok.Haryadi Yansyah /Oom Ndut)
Suasana Lorong Basah Night Cullinary (Dok.Haryadi Yansyah /Oom Ndut)
Namun saat ini, dengan penataan yang cantik, lorong basah yang memang tempat berdirinya toko dan gedung tua seolah disulap menjadi tempat wisata kuliner yang menarik, bukan hanya karena makanannya yang beraneka ragam, tetapi penataannya yang rapi ditambah dengan canopy dan pencahayaan yang terang menjadikan tempat menarik untuk menghabiskan malam bersama keluarga atau kolega.

Malam itu, yang dapat hadir adalah keluarga besar Dues K. Arbain, termasuk Kak Feby dan Ayuk Aisyah. Juga hadir Umek Elly, Oom Ndut yang sibuk berburu foto, Bikcik Ika bersama sang suami Agus, juga putra semata wayangnya Davriel, juga turut heboh Arako.

Sayangnya, Dokter Posma yang sudah semangat untuk ikut batal hadir karena terhambat macet di kawasan jalan M. Isa. Deddy Huang juga tidak dapat hadir karena ada acara keluarga menyambut tahun baru Imlek.

Tampaknya animo warga terhadap destinasi wisata ini cukup tinggi, terlihat pada begitu ramainya pengunjung di malam itu. Kompal yang memang agendanya malam itu cuma berburu kuliner cerah ceria mencari makanan kegemaran. Meski, variasi makanan tradisional belum selengkap yang diperkirakan.

Arako dan Davriel yang paling senang, karena mereka menemukan mood booster mereka, yakni durian yang dioleh dengan varian berbeda dari biasanya. Sekotak pancake duren dan semangkok cendol duren sudah membuat mereka happy. "Sayang gak pake es" komen mereka. Padahal malam itu, tengah diguyur hujan deras. Berhubung di bawah lindungan canopy yang kokoh, sehingga tidak merasakan derasnya hujan.

menikmati semangkuk cendol duren (dok.kompal)
menikmati semangkuk cendol duren (dok.kompal)
Cukup dimaklumi memang belum cukup sempurna penataannya saat ini, semoga akan mengarah menjadi lebih baik. Seperti kami yang masih kesulitan mencari tempat cuci tangan,apalagi toilet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun