Mohon tunggu...
de Gegan
de Gegan Mohon Tunggu... Petani - LAbuan Bajo | Petani Rempah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis apa saja dari kampung. Agar dibaca oleh orang orang kampung lainnya, yang kebetulan berada di kota atau di sebelah lingkaran bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Johnny Plate, Harapan Baru Daulatnya Jaringan Saluler di NTT

24 Oktober 2019   18:09 Diperbarui: 25 Oktober 2019   10:10 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rudiantara (kiri) dan Menkominfo baru, Johnny G Plate (kanan) di acara serah terima jabatan Menkominfo di Jakarta, Rabu (23/10/2019).(KOMPAS.com/Gito Yudha Pratomo)

Presiden Jokowi akhirnya memperkenalkan nama menteri yang masuk dalam Kabinet Indonesia Maju. Posisi  Menteri Komunikasi dan Informatika dijabat oleh Johnny G. Plate.

Melihat terpilihnya pak Johnny sebagai Menkominfo, sontak membuat masyarakat NTT seolah diberikan angin segar seraya menaruh harapan besar kepada beliau agar kelak memperdaulat jaringan telekomunikasi di reksa wilayah NTT.

"Puji Tuhan mama ee.. Semoga nanti Bapa Johnny kas bagus sinyal su ni. Biar sonde(tidak) ka kebun lagi buat cari sinyal" pungkas ayah saya sembari senyum lebar, usai terpilihnya Johnny G. Plate menjadi Menkominfo.

Sebagai putra asli Manggarai, yang rutin melawat ke Nusa Tenggara Timur, saya yakin Pak Johnny G. Plate pun tahu sebagian besar wilayah daerahnya hingga kini belum terpasang tower BTS (Base Transceiver Station) sehingga untuk berkomunikasi dengan orang luar lewat telepon saluler harus memanjat pohon untuk mendapat sinyal dari operator. Itupun terkadang jaringannya mendadak 'asma' dan harus menunggu berjam-jam lagi untuk pulih.

Saya cerita sedikit, untuk didesa saya sendiri, bila hendak mengirim pesan atau kepengen menelpon seseorang, harus kebukit desa sebelah dulu yang jaringannya boleh dibilang lumayan bagus.

Tapi untuk mengkases internet dan ataupun mengirim tulisan ke Kompasiana, memang sudah tidak bisa. Tunggu di kota kabupaten lanyar ria. Hehe

Sulitnya sinyal ditempat saya di Desa Wangkung, Manggarai Barat, dipicu oleh letaknya yang berada dilembah, sementara tower BTS letaknya persis berada di balik bukit. Memang jaraknya tidak begitu jauh, sekitar 10 Km. Maka untuk menikmati jaringan yang baik, ya harus ke desa tetangga dulu.

BTS sendiri merupakan suatu elemen dalam jaringan saluler (cell network) yang dibangun oleh operator telekomunikasi Indonesia dan berperan penting sebagai pemancar dan penerima signal dari handphone pengguna (MS/Mobile station). 

Maka untuk menghindari roaming internasional, masyarakat Indonesia di perbatasan terpaksa harus panjat pohon atau mendaki ke wilayah perbukitan agar bisa mendapatkan sinyal.

Sebagian besar wilayah NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste belum terpasang tower BTS sehingga untuk berkomunikasi lewat telepon saluler harus naik pohon/ bukit dulu. Ya, naif memang!

Kesulitan mengakses jaringan ini juga menjadi masalah tersendiri bagi dua lembaga pendidikan didesa saya, yaitu SDK Pacar dan SMPN 1 Macang Pacar serta satu Puskesmas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun