Mohon tunggu...
de Gegan
de Gegan Mohon Tunggu... Petani - LAbuan Bajo | Petani Rempah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis apa saja dari kampung. Agar dibaca oleh orang orang kampung lainnya, yang kebetulan berada di kota atau di sebelah lingkaran bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pastor Avent dan Perhatiannya Kepada ODGJ di Flores

9 Oktober 2019   14:38 Diperbarui: 14 Oktober 2019   23:10 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pastor Avent Saur sesaat memotong rambut penderita ODGJ di Flores (foto Ucannews.com)

Pastor Avent beserta relawan KKI memang sudah sempat menyuarakan lewat gerakan stop pemasungan terhadap ODGJ, sebagai bentuk pencegahan penyandang disabilitas mental untuk tidak dipasung atau pemasungan kembali. Serta harus mendapatkan rehabilitas medis dan sosial sehingga fungsi sosialnya bisa pulih kembali.

Sepertihalnya Tarsisius Amat, salah satu penderita ODGJ di Desa Lembur, Kota Komba Manggarai Timur, NTT, yang sudah 12 tahun menghabiskan waktunya didalam gubuk reyot berukuran sekitar 2 x 3 meter yang dibangun persis dibelakang rumah orangtuanya.

Pastor Aven saat memotong rambut Tarsisius yang menjadi salah satu penderita ODGJ di Manggarai Timur( foto Kompas.com)
Pastor Aven saat memotong rambut Tarsisius yang menjadi salah satu penderita ODGJ di Manggarai Timur( foto Kompas.com)
Penulis sendiri pernah mengunjungi pria yang sudah berumur 40 tahun ini pada Maret 2011 yang lalu. Waktu itu saya memang hanya menyimak dari jauh saja, dan tidak bisa mendekat, kendati waktu itu Om Tarsisius ini sedikit agresif dan sedang tidak ingin dikunjungi siapapun.

Sejauh mata melihat, waktu itu memang kedua kakinya masih dipasung menggunakan balok kayu berukuran cukup besar.

Menurut keluarganya, pemasungan itu dilakukan lantaran perilaku agresif Tarsisius yang kerap mengamuk, menjotos orang, merusak hingga melempari rumah warga. 

Dari sana lahirlah trauma berkepanjangan dari pihak keluarga sehingga tidak berani lagi membuka balok pasungan dikaki Tarsisius.

"Dee nana.. Cok mole di panden. Sengsara kaut aku beti danakoe ho. Aku ga tua nenggo toe nganceng pande apa-apa, remo koe eme kudu tei hang agu inung neteng leso. (Saya mau anak saya ini lekas sembuh. Saya sudah tua begini tidak bisa berbuat banyak, selain memberikan dia makan dan minum tiap hari)" Pekik mama Kornelia(68), ibunda Tarsisius,  kepada saya yang kental dengan logat Manggarainya .

Bersyukurlah, pada Februari 2019 kemarin, Pastor Avent Saur beserta relawan dari komunitas KKI mengunjungi Tarsisius. Kurang lebih 12 tahun sudah dia di pasung dengan balok.

Menurut penuturan Pastor Avent seperti dilansir dari Floresa.co, Pondoknya itu sudah hampir rubuh pada saat kami menyambangi untuk melihat kondisinya. Gubuknya itu sudah hampir tak berdinding. Panas, hujan dan dingin sudah akrab dengannya.

Menurut data dari Kelompok Kasih Insani (KKI) yang sejak 2014 memberi pelayanan khusus terhadap penyandang gangguan jiwa, ada sekitar 5000 atau 0,1 persen dari 5,2 juta penduduk NTT mengalami gangguan jiwa.

Dari jumlah tersebut ada sekitar 1200 orang dalam keadaan terpasung, sisanya ada yang masih berkeliaran dikota-kota dan di kampung-kampung di NTT. 

Namun sejauh ini belum ada rilis data terbaru tentang jumlah ODGJ di Flores oleh KKI. Dalam hal ini pemerintah seolah acuh memperhatikan kelompok ODGJ ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun