Kalau yang dimaksud ‘penyebab’ dalam hal ini seperti kuman tuberkulosis penyebabkan TB-paru atau virus HIV menyebabkan HIV-AIDS, ya jelas bukan. Tetapi rokok adalah faktor risiko kanker paru. Yang perlu diketahui oleh masyarakat adalah bukti-bukti apa saja yang mendukung klaim bahwa rokok adalah faktor risiko utama kanker paru. Setidaknya ada 5 kenyataan dan hasil studi yang mendukung kebenaran teori tersebut.
Pertama, anda bisa membuktikan sendiri, buat wawancara singkat dengan pasien-pasien kanker paru yang dirawat di RS Persahabatan Jakarta Timur atau di RS Kanker Dharmais, berapa orang yang mempunyai kebiasaan merokok diantara pasien-pasien kanker paru yang secara medis sudah dipastikan menderita kanker paru, artinya secara histopatologis dari bahan biopsi atau lainnya ditemukan kanker paru.
Hal ini juga dalam sejarah yang mendasari kecurigaan pertama oleh para dokter jaman dulu bahwa ada hubungan antara rokok dan kanker paru. Kejadiannya di Negara Inggris, bahwa dari 10 jenazah yang di autopsi, ternyata 9 diantaranya mempunyai kebiasaan merokok. Berdasar hal tersebut, kemudian dilakukan survei secara kohort (suatu penelitian dengan mengikuti terus obyek penelitian sampai akhir penelitian, atau responden meninggal). Survei ini sangat terkenal, dilakukan oleh Dr Doll dan Dr Peto pada tahun 1950 di Inggris, melibatkan seluruh dokter di Inggris. Sebagian besar dokter ikut dalam penelitian ini. Publikasi pertama tahun 1970. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kematian akibat kanker paru. Hasil tersebut boleh dikatakan sebagai bukti kedua.
Bukti ketiga berupa uji eksperimental menggunakan binatang percobaan, biasanya anjing yang dipapar dengan asap rokok melalui pipa langsung masuk saluran napas (trakeostomi). Kemudian dilakukan biopsi dan dianalisis secara mikroskopis terhadap lapisan mukosa saluran napas pada periode-periode tertentu. Beberapa hasil yang dilaporkan berupa peningkatan jumlah atau proliferasi sel-sel kelenjar saluran napas, paralisis silia-silia mukosa saluran napas yang sangat berperan pada mekanisme pembersihan saluran napas. rusaknya surfaktan atau pelapis pelindung alveolus, berkurangnya elastisitas parenkim paru, berubahnya sifat dan morfologi sel-sel epitel saluran napas kearah pertumbuhan neoplastik.
Bukti keempat juga berupa sudi eksperimental, tapi tidak menggunakan binatang percobaan tetapi cell-culture yang dipapar dengan asap rokok kemudian dilakukan analisis secara sitogenetik.
Bukti kelima adalah penelitian yang disebut case control sudy , suatu penelitiaan dengan tujuan seperti kohort tetapi dengan jumlah sampel dan biaya yang jauh lebih kecil.
Salah satu penelitian ini pernah dilakukan di Indonesia, yaitu di RS Persahabatan Jakarta. Dilakukan oleh dr Edy Suryanto dan dr Anwar Jusuf. Hasil ini menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian kanker paru. Hubungan yang lebih erat tampak pada jenis tertentu yaitu jenis karsinoma sel skuamosa dan kanker paru jenis sel kecil. Hasil penelitian ini juga menunjukkan efek sebab-akibat, misalnya makin banyak jumlah rokok yang dihisap, makin tinggi risiko terkena kanker paru. Demikian juga faktor-faktor seperti lama waktu merokok, umur mulai merokok, cara menghisap rokok dan kadar tar dalam rokok. Meskipun sudah ada lima bukti ilmiah tersebut akan tetapi tetap saja rokok adalah bukan penyebab utama tetapi lebih tepat faktor risiko utama kanker paru, seperti halnya risiko ban gundul yang digunakan pada sepeda motor yang ngebut di jalan raya saat musim hujan.
Â
Dr. Achmad Hudoyo Sp.P, Pengurus Bidang Pengembangan Dukungan Medik Komnas Pengendalian Tembakau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H