Pertanyaan yang paling sering saya dapatkan setelah mempublikasikan novel Berdansa dengan Kematian adalah, "ceritanya tentang apa?"
Sejujurnya, ini adalah pertanyaan yang sulit-sulit gampang. Saya biasanya memulai dari jenis novel. "Genre-nya mystery-thriller," jawabku.
Tentu saja itu belum cukup. Saya harus menyiapkan kalimat selanjutnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Menceritakan tentang Arundaya yang terjebak oleh kutukan masa lalunya, tentang Maandy yang terlibat dalam penyelidikan kutukan sebuah buku misterius, dan tentang Tomi Kantaka yang membantu keduanya untuk menyelesaikan masalah.
Saya kira penjelasan ini cukup jelas. Sayangnya, wajah-wajah penasaran masih juga bertanya, "Oh, jadi mirip KKN itu Desa Penari ya?"
"Tentu saja bukan, Dodol!" Hatiku memekik.
Namun, bisa dimaklumi. Ada tiga alasan mendasar. Yang pertama, judulnya saja mirip, ada "dansa" dan ada "penari." Alasan kedua novel KKN itu begitu viral, sampai muncul di layar lebar. Dan, yang ketiga terkait sebuah pencerahan yang baru saja kudapatkan setelah membaca buku yang berjudul: Save The Cat! Writes a Novel, karya Jessica Brody. (Singkat: STC).
Buku ini tebalnya 402 halaman dan berisikan tips dan trik membuat novel. Yang dibahas tentang bagaimana membuat sebuah novel (atau cerita) menjadi lebih menarik. Bagaimana menyusun plot, menciptakan tokoh (dan transformasinya), membuat alur kisah, dan segala sesuatu di antaranya.
Saya tidak membahas resensi buku ini. Namun, saya tertarik membahas satu bagian di dalamnya, yakni tentang genre. Disebut sebagai "bukan genre biasa," karena genre ini bukan tentang horor, thriller, humor, atau yang lainnya.
Genre yang dimaksud dalam teori STC ini adalah genre yang paling umum ditemukan dalam jutaan buku yang sudah beredar. Baik yang best seller, maupun yang biasa-biasa saja seperti novel saya, "Berdansa dengan Kematian."