**
Tahukah kamu jika hoki memang tidak bisa datang begitu saja. Harus ada usaha, itu sudah pasti. Tapi, itu pun belum juga cukup, harus juga ada tambahan bumbu lihai.
Itulah yang akan dilakukan oleh Aming. Ia masih bujang, tidak punya anak bayi. Kalaupun ia tidak bisa mencarikan si Bao Jia Gui anaknya, ia pun tak punya bayi untuk digantikan. Jadi, yang terpenting kaya dulu. Nanti kalau ia sudah kaya, ia bisa merekomendasikan si Bao Jia Gui kepada seseorang yang benar-benar sudah memiliki bayi.
**
Malam itu tidak seperti biasanya. Udara panas terasa, meskipun hujan keras baru saja mengguyur tanah. Angin sejuk yang bersemilir, tidak mampu menahan keringat yang mengalir deras di tubuh.
Aming mempunyai firasat, malam itu ia akan kedatang tamu. Lagipula ia memang sangat mengharapkan kehadirannya. Besok malam adalah waktu penarikan undian.
Selain itu, ia juga sudah terlanjur sesumbar kepada Aweng, sahabatnya. Empat nomor akan ia berikan besok pagi.
Dan, benar. Saat waktu menunjukkan pukul 12:00, Aming mendengar suara ketukan di depan pintu rumahnya. Antara girang dan gemetar, jantung Aming berdebar-debar. Bao Jia Gui benar-benar berkunjung ke rumahnya!
"S-Siapa?" tanya Aming.
"Aku koh!" Sebuah suara menyahut dari balik pintu. Suaranya merdu, tidak ada seram-seramnya. Aming kecewa. Yang datang bukanlah si Bao Jia Gui, melainkan seorang anak manusia.
"Bikin apa kamu di sini?" tanya Aming ketus ketika ia membuka pintu rumahnya.