Setelah dighosting admin Kompasiana sebanyak dua kali, akhirnya nominee jawara K-Award muncul juga pada tanggal 22 Oktober di malam hari. Sekarang para Kners sudah bisa memilih jagoannya masing-masing.
Tentu saja ada yang senang, terutama jika gacoannya terpilih sebagai salah satu calon juara. Tapi, ada juga yang tidak terlalu puas, karena merasa nama-nama yang terpilih itu belum cocok untuk menang.
Saya sih tidak terlalu peduli. Siapa pun yang jadi juara, itu adalah urusan hoki (dan mimin). Akan tetapi, resah juga rasanya jika tidak mengeluarkan isi hati. Ini bukan kampanye untuk memilih nama-nama tertentu. Bukan tentang Kners yang kuanggap pantas menjadi juara. Bukan pula tentang opiniku yang mencoba untuk mengubah opinimu.
Tapi, ini tentang peringatan!
Sebabnya, di antara deretan foto yang terpampang di microsite Kompasiana itu, ada lima nama yang saya harap agar tidak dipilih. Ingat ya, ini bukan kampanye hitam untuk mendiskreditkan Kners tertentu. Saya tidak sejahat itu.
Saya hanya mencoba mengutarakan opiniku yang akan disertai dengan alasan otentik. Mau tahu siapakah mereka? Yuk kita simak.
AYAH TUAH di kategori BEST in FICTION
Alasannya, karena Kompasianer ini seringkali menimbulkan delusi. Mimin saja menyetujuinya. Disebutkan bahwa Ayah Tuah sering menggiring pembaca kepada pengalaman dan perasaan yang berbanding terbalik dengan kenyataan. Ini belum termasuk pilihan diksinya yang membuat nyaman meski menyakitkan. Nah apa namanya kalau bukan gangguan ilusi?
Kalau sudah seperti itu, masih adakah alasan untuk memilih AYAH TUAH?
DESY HANI di kategori BEST in OPINION