Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Berdansa dengan Kematian #3: Petavatthu (Teaser)

28 Mei 2023   10:45 Diperbarui: 28 Mei 2023   11:00 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maandy, gimana kabarmu?" Lintang buru-buru memeluk sahabat lamanya itu.

"Baik, Lintang. Gimana kabarmu?" Maandy membalas sapaan Lintang dengan senyum lebar, menampakkan deretan giginya yang putih bersih.

"Baik, Maandy. Wah, cantik sekali kamu sekarang. Tidak heran sih, sudah jadi pengusaha sukses ya." Kedua sahabat itu melepas rindu untuk sejenak. Saling bertegur sapa dalam kegembiraan. Mereka tidak peduli lagi kepada orang-orang di sekitar mereka yang tampak berlalu-lalang meninggalkan ruangan seminar.

Sudah lebih dari setahun kedua sahabat ini tidak pernah lagi bertemu. Setelah lolos dari maut, mengalahkan Zasil, sang pangeran kegelapan dalam peristiwa di Kawurungan, mereka terpisah dan melanjutkan kehidupannya masing-masing. Lintang larut dalam pekerjaannya sebagai psikolog, sambil sesekali terlibat dalam memecahkan kasus misteri bersama dua sahabatnya, Tomi dan Felix. Sementara sejak kematian bosnya, Ivan Ghazali, Maandy mengambil alih perusahaan dengan menduki pucuk pimpinan tertinggi di PT. Ghazali Nomor Satu, sebagai direktur utama perusahaan ekspor-impor ternama itu.

"Oke, sekarang coba jelaskan apa inti dari pertanyaanmu ke saya tadi. Siapa gadis yang kamu maksud? Dan, apakah dia ada hubungannya dengan Arundaya. Atau... Zasil mungkin?" Wajah Lintang berubah serius. Ia tahu jika nama terakhir yang ia sebutkan bukanlah sebuah nama yang nyaman untuk dibicarakan.

"Iya, tadi kamu sudah menjawab jika ada entiti di dunia ini yang bisa saja memiliki koneksi yang lebih erat dengan alam gaib. Semacam malaikat atau iblis yang menjelma menjadi manusia. Tapi, kasus ini agak berbeda sih." Maandy terdiam sejenak, menghela napasnya sambil berpikir.

"Aku butuh bantuan kamu, Lintang. Tapi, bukan hanya kamu saja. Aku ingin bertemu juga dengan Tomi, Felix, dan Olfa. Bisakah kamu mengatur pertemuannya? Lebih cepat lebih baik, sih."

"Serius sekali masalahmu, ya?" Lintang mengerutkan keningnya. Ia bisa membaca jika sahabat lamanya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Sebenarnya, bukan aku. Tapi sahabatku. Lebih tepatnya, bisnis partner aku. Dia menghadapi kasus yang pelik. Salah satu anaknya hilang," jawab Maandy.

"Diculik? Atau kabur dari rumah?" Lintang bertanya lagi.

"Menurut keluarganya, bukan kedua-duanya. Tidak ada tanda-tanda penculikan. Dan, hubungan si anak dengan orangtuanya juga baik-baik saja. Meskipun...." Maandy terdiam sejenak, ia tampak ragu mengutarakan kelanjutan kalimatnya.

"Apa, Maandy?" Lintang terus mengejar.

"Keluarga itu bukan keluarga biasa-biasa saja. Mereka adalah orang kaya lama yang low profile. Harta kekayaan mereka tidak akan habis tujuh turunan. Lalu setelah kejadian itu, dan mereka datang mencariku, aku baru tahu jika putri mereka yang hilang bukan orang normal." Untuk kedua kalinya, Maandy terlihat ragu lagi untuk berbicara. Tapi, kali ini Lintang tidak mengejarnya. Ia membiarkan sahabatnya itu mengambil jeda, hingga akhirnya melanjutkan ucapannya.

"Anak gadis berusia 19 tahun. Ia adalah praktisi ilmu gaib." Maandy kembali terlihat ragu untuk berbicara.

"Semacam medium? Gadis ta-tung?"

"Lha, kamu kok tahu?" Maandy terperangah.

"Aku hanya menduga saja." Lintang menjawab santai.

"Benar, ta-tung. Menurut kepercayaan orang Tionghoa, mereka adalah orang-orang terpilih kaum surgawi. Memiliki jodoh karma dengan para dewa-dewi. Tubuh mereka adalah medium bagi para makhluk adikodrati. Sebagai alat penghubung alam dewa dengan umat manusia." Maandy berkata lancar. Kali ini tidak ada lagi keraguan, karena ia merasa jika lawan bicaranya sudah paham dengan istilah-istilah yang sedianya masih terasa asing.

"Menarik, Maandy. Aku cukup tahu dengan kisah para ta-tung. Dulu aku pernah berteman dengan seseorang yang diklaim sebagai ta-tung."

"Tidak seperti yang kamu pikirkan, Lintang." Maandy menyanggah pernyataan sahabatnya itu. Ia tahu defenisi ta-tung yang berada di dalam benak Lintang.

"Maksud kamu?"

"Gadis ini tidak sama seperti para ta-tung yang biasa berlaga di acara Cap Gomeh. Tidak seperti itu, Lintang."

"Gadis ini tidak pernah terlihat seperti seseorang yang sedang kerasukan. Ia selalu terlihat normal setiap saat."

"Lha, kalau begitu bukan ta-tung dong. Bagaimana kamu bisa tahu jika tubuhnya sedang digunakan oleh makhluk halus?"

"Gadis ini. Bisa dikatakan seseorang yang bisa melakukan apa saja. Ia tahu segala hal. Bisa dikatakan jenius. Kata orang seperti kamus berjalan. Tapi, lebih daripada itu. Orangtuanya berkata jika ia adalah siri atau chatGPT dalam wujud manusia. Semacam artificial intelligence yang bernyawa."

"Bahkan, melewati hal-hal yang rasional. Si gadis bisa membaca pikiran manusia, bisa mengetahui perjalanan hidup seseorang yang belum pernah terungkap. Ia bahkan bisa meramal masa depan seseorang. Bukan masa depan dalam arti bertahun-tahun lamanya."

"Si gadis itu bisa memprediksi dengan tepat kejadian yang akan terjadi hanya dalam waktu beberapa menit ke depan."

Lintang terdiam. Sontak ia bisa merasakan adanya aliran energi gaib yang datang menghampirinya. Aliran yang sangat kuat yang membuat bulu kuduknya merinding seketika.

"Jika apa yang kamu katakan itu benar, maka gadis itu adalah paranormal yang paling kuat di dunia ini." Lintang berujar ngeri.

"Bagaimana jika aku katakan bahwa ia adalah titisan dewa?" Ujar Maandy.

***

"Ammpunn, pak Aki. Salah aku apa?" Seorang pria berujar lemah. Suaranya sudah hampir tidak terdengar lagi. Ia sudah lama berada di posisinya. Badannya terikat, tergantung di langit-langit ruang dengan posisi tubuh terbalik. Kepala di bawah dan kaki di atas. Tubuhnya penuh sayatan. Darahnya tercecer perlahan memenuhi sekujur tubuhnya yang sudah setengah telanjang. Siapa pun bisa membayangkan, pelaku sadis yang menyiksa pria itu adalah seseorang yang tidak berperikemanusiaan.

"Sudah kubilang, cukup panggil aku 'Aki' saja. Jangan ada embel-embel Pak di depannya. Kamu tahu kan 'Aki.' Itu panggilan kakek dalam Bahasa Sunda. Ah, kamu memang kepala batu. Makanya kamu cocok menjadi salah satu barang koleksiku."

"A...Ampun Aki."

"Eh salah. Harus lengkap Aki Hensa. Itu panggilanku. Coba ulangi?"

"I...iya Aki Hensa. Maafkan aku...."

"Ah, kamu benar-benar goblok. Kenapa kamu minta maaf. Siapa bilang kamu bersalah. Kamu hanya beruntung saja. Sosok kamu cocok berada di sini. Menjadi pelengkap dari koleksi Petavatthu-ku yang tiada duanya. Satu-satunya di dunia. Koleksi hantu terlengkap yang ada di dunia fana. Hahahaha."

Suara cempreng dari lelaki yang dipanggil Aki Hensa itu terdengar mengerikan. Iya. Ia memang adalah seorang yang mengerikan. Meskipun wajahnya jauh dari kesan menyeramkan. Seorang pria paruh baya, badannya tidak terlalu tinggi, ceking kalau tidak bisa dibilang "tipis." Kulitnya legam, lengkap dengan flek-flek hitam pada wajah, bahu, lengan, dan bagian-bagian tubuh lainnya. Sekilas, ia terlihat mirip seperti orang biasa, sebagaimana warga kota Jakarta lainnya yang membaur dalam kehidupan ibu kota.

Namun, bagi orang yang mengenalnya. Aki Hensa jauh dari status biasa-biasa saja. Nama lengkapnya Hendro Santoso. Lahir di Jakarta sekitar 59 tahun yang lalu. Panggilan Aki disematkan padanya karena memang dalam usianya, sudah sewajarnya ia menjadi seorang kakek. Tapi, pria ini tidak berkeluarga. Tidak pernah berkeluarga. Lebih jauh lagi, tidak pernah memiliki pacar apalagi istri. Ia memilih hidup selibat dengan caranya sendiri.

Cara yang ia adopsi dari berbagai aliran agama dan kepercayaan. Menjadi pemuka agama bagi mereka yang mulai meragu. Tidak lagi percaya bahwa kebaikan adalah berkah dari langit. Untuk itu, Aki Hensa datang dengan sebuah pilihan altenatif. Ia menjadi pemimpin bagi manusia-manusia yang ingin mereguk kepuasaan surgawi yang instan. Ia melakukannya dengan berpihak kepada neraka.

Aki Hensa adalah pemimpin sekte bawah tanah yang termahsyur. Ia memiliki banyak pengikut yang rela melakukan apapun, rela berkorban untuk menjalankan perintahnya. Dan, pengikut itu bukanlah orang-orang bayaran yang hanya menjalankan perintah demi fulus. Mereka adalah para pengikut fanatik yang percaya dengan kesaktian pemimpinnya.

Dan, pada hari itu Aki Hensa sedang gembira. Ia senang karena baru saja mendapatkan salah satu calon penghuni museumnya. Seorang pria yang ia temukan di pinggir jalan. Pengangguran yang sering meresahkan. Sampah masyarakat yang tidak pernah dihiraukan. Pria itu akan menjadi barang koleksi nomor C-13 AT. Sebuah kode yang hanya diketahui oleh si kolektor.

Si korban akan mati mengenaskan. Itu yang akan dilakukan oleh Aki Hensa. Ia akan membunuhnya perlahan melalui mantra kuno yang ia rapalkan bersama kematian. Agar pria yang bernasib naas itu menjadi arwah gentayangan. Menjadi salah satu dari 21 jenis makhluk Petavatthu. Alias makhluk penghuni alam tempat berkumpulnya jiwa yang belum pantas masuk neraka, tetapi sudah ditolak oleh surga. Dan, melalui kesaktian dan kemurahan hatinya, Aki Hensa berhasil membentuk sebuah museum bawah tanah yang menampung ke-21 jenis makhluk gentayangan itu. []

**

Catatan: Tulisan ini adalah sketsa awal, teaser dari novel ketiga Acek Rudy dalam rangkaian trilogi Novel Berdansa dengan Kematian.

Disklaimer: Defenisi Petavatthu dipinjam dari istilah Buddhisme yang mewakili dunia dari para makhluk yang hidup menderita. Namun, defenisi ini telah melalui perubahan untuk disesuaikan dengan alur kisah fiksi yang diinginkan oleh penulis.

**

Acek Rudy for Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun