Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Legenda Zhong Qui, Raja Hantu China yang Hidupnya Tragis

1 November 2022   09:11 Diperbarui: 1 November 2022   09:19 2026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lukisan dan patung Zhong qui (gambar: tionghoa.info, catwiki.com, diolah pribadi)

Sejatinya Halloween adalah sebuah perayaan yang diadaptasi dari tradisi bangsa Celtic (Eropa Kuno). Menurut kepercayaan tersebut, setiap 31 Oktober malam, hantu-hantu gentayangan akan berkunjung ke rumah kerabat.

Tentu saja makhluk fana ketakutan, tempat para hantu sudah bukan di dunia ini lagi. Untuk menyiasatinya orang Celtic kemudian melakukan sebuah ritual di puncak gunung. Api unggun dinyalakan kostum digunakan. Bukan sembarang kostum, tetapi harus lebih menyeramkan dari hantu itu sendiri.

Tujuannya, agar para hantu gentayangan itu kapok dan melarikan diri.

Tradisi ini mengingatkanku dengan Festival Hantu Kelaparan (Hungry Ghost Festival) yang merupakan tradisi dari masyarakat China. Tidak ada catatan sejarah sejak kapan festival ini dirayakan, namun ditenggarai jika Taoisme memiliki peran penting terhadap kepercayaan ini.

Disebutkan jika setiap tanggal 15 bulan 7 imlek, pintu alam baka akan terbuka. Pada saat itu, para hantu memiliki masa reses. Turun ke bumi bertemu dengan sanak saudaranya.

Karena kondisi serba kekurangan di alam bawah, maka para hantu pun akan memulai masa liburannya dengan mencari makan.

Nah, apa yang dilakukan oleh warga Tionghoa? Tidak seperti bangsa Celtic, mereka tidak mengusirnya.

Makanan dan minuman tersaji di sepanjang jalan dan di dalam rumah. Hiburan wayang potehi atau opera China dimaksudkan agar para arwah tidak membuat keributan. Uang-uangan kertas ramai dibakar agar si hantu tidak kekurangan di alam baka.

Itu karena masyarakat Tionghoa percaya, jika para hantu juga adalah leluhur yang harus dihormati. Selain untuk menenangkan mereka agar tidak menganggu yang hidup, rasa iba harus juga menyerta. khususnya bagi para hantu liar yang sudah tidak mengenal sanak saudaranya lagi.

Di sini letak persoalannya....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun