Atau seperti kisah saya yang satu ini di sebuah minimart.
Pada hari itu belanjaan saya cukup banyak. Saking banyaknya, sehingga di meja kasir dibutuhkan dua orang staf yang bekerja.
Saya yang sudah terbiasa ringan tangan ini pun membantu mereka. Barang yang berserakan di keranjang, kumasukkan ke dalam kantongan.
Apa yang terjadi?
Barang Itu ternyata belum dicatat. Untungnya, si pegawai toko sigap dan mengeluarkannya kembali. Tanpa ekspresi dia membiarkanku terpana dengan wajah merem-mesem.
Jelas, saya tidak bermaksud mencuri. Tapi tetap saja, jika lolos maka saya merugikan mart tempatku berbelanja.
Teknik Underinging (Tidak Tercatat)
Tapi, jika ada intensi di sana untuk berbuat curang maka itu adalah pencurian. Katakanlah Rangga sedang bekerja sebagai kasir. Tetiba si Cinta sedang berbelanja. Bermaksud menjadi pahlawan, coklat pun digratiskan dengan pura-pura lupa mencatatnya.
Yang berbahaya lagi jika si Rangga ternyata punya geng. Ia melakukannya cukup sering, terutama untuk barang-barang mahal. Hitungannya sudah ada, jika harus membayar maka ada teman sejawatnya yang tanggung renteng. Tapi, kalau pun si Rangga harus membayar sendiri, ia tetap tidak rugi-rugi amat.
Kejahatan Terorganisir
Pencuri professional ada dimana-mana. Mereka sangat terorganisir dengan teknik yang sangat lihai. Saya masih ingat kejadian pada tahun 1980an silam. Saat itu saya sedang membantu menjaga toko papa.
Lalu ada serombongan pelanggan yang masuk ke dalam toko. Karena toko papa termasuk sempit, maka ruang gerak pun terbatas.
Melirik kiri kanan, bertanya ini itu. Alhasil, takada satu pun yang dibeli. Setelah toko kembali sepi, baru sadar jika barang dagangan di depan toko sudah hilang entah kemana.