Selain itu, Jessica juga langsung membayar bill-nya. Suatu hal yang jarang dilakukan oleh pengunjung lain. Para saksi yang merupakan pegawai Kafe Oliver juga menambahkan, setelah kejadian kejang-kejang Mirna, Jessica tidak kelihatan panik atau berusaha membantu Mirna.
Keluarga Mirna memberi kesaksian di depan majelis hakim, tingkah laku Jessica di rumah sakit kelihatan mencurigakan. Selain terlihat salah tingkah, Jessica juga kelihatan terlalu "kepo" dengan berkeliling mendengarkan setiap pembicaraan orang yang hadir di sana.
Mereka membandingkannya dengan Hani yang kelihatan sangat terpukul dengan kematian Mirna. Menurut ayah Mirna, Jessica terlalu tenang untuk seseorang yang memiliki kedekatan dengan anaknya.
Arief Soemarko, suami Mirna bersaksi bahwa istrinya takut bertemu Jessica. Hal tersebut terkait dengan pertemuan keduanya pada Oktober 2014. Saat itu Mirna menasehati Jessica atas hubungannya dengan pacarnya. Jessica tidak terima dan marah besar. Dia lalu meninggalkan Mirna seorang diri. Kejadian tersebut berlangsung saat mereka berdua berada di Sydney, Australia.
Saat kejadian di Kafe Oliver, Mirna masih menampakkan ketakutannya bertemu dengan Jessica seorang diri. Oleh sebab itu, ia memilih untuk menunggu Hani datang menemaninya.
Beberapa kesaksian dari saksi ahli pun memberatkan Jessica. Ahli digital forensik dari kepolisian mengatakan jika Jessica terlihat beberapa kali menggaruk tangannya dan kelihatan resah.
Menurut ahli toksologi dari kepolisian, kemungkinan Jessica terpapar sianida yang menyebabkan rasa gatal pada bagian tangannya.
Tidak berakhir sampai di situ saja. Kesaksian selanjutnya datang dari ahli psikologi klinis. Antonia Ratih Andjayani memberi pendapat jika Jessica memiliki kepribadian amorous narcissist, sering berbohong untuk berdalih.
Sehari sesudahnya, giliran psikiater forensik yang memberi kesaksian. Dokter yang pernah memeriksa Jessica itu berkata jika Jessica memiliki kecenderungan menyakiti dirinya dan orang lain jika berada dalam kondisi tertekan.
Terakhir adalah kesaksian dari John J. Torres, seorang polisi dari Australia. John mengungkapkan jika kepolisian New South Wales memiliki beberapa catatan atas percobaan bunuh diri Jessica.
Terhadap rangkaian bukti dan pernyataan saksi, tidak heran opini masyarakat begitu mudah terbentuk. Jessica telah "bersalah" sebelum hakim menjatuhkan vonis 20 tahun kepadanya.