Pikiran ini membawaku kembali ke masa lalu. Saat itu saya sedang duduk berduaan dengan kakek di ruang tengah. Menonton televisi, acara Kamera Ria.
Wajah kakek tampak sumringah. Ia menantikan suara merdu dari penyanyi idamannya, Bob Tutupoli.
Saya ingat ucapan kakek, "Penyanyi Indonesia yang terbaik adalah Bob Tutupoli, lainnya... (gestur mengacungkan jempol ke bawah)."
Karena keseringan menemani kakek, lagu-lagu Bob Tutupoli telah familiar sejak diri ini masih kecil.
Tiga puluh delapan tahun semenjak kakek tutup usia. Selasa 5 juli 2022, tersiar kabar jika Om Bob telah meninggal dunia.
Lalu pikiran ini membawaku kembali ke masa lalu. Lima puluh tahun yang lalu, ketika aku baru saja melihat dunia ini. Mata tertuju kepada seorang wanita yang mengusap air mata.
Aku yang masih lugu, begitu terpukau menatap wajahnya. Keharuan di balik senyuman yang tidak aku pahami. Andai aku bisa berpuisi, maka rembulan akan kupilih. Tiada lukisan yang lebih indah dari ketulusanmu. Hingga di suatu senja, aku baru menyadari,
"Mama, engkau tidak akan pernah hidup sendiri. Engkau adalah Widuri bagiku."Â
Empat Puluh tahun yang lalu, semilir angin nan sejuk merasuk sukmaku. Sebuah simfoni yang indah mengalun dalam hati. Tentang hidup yang pasti bahagia.