"Tidak mau saya ada yang tersisa," demikian alasannya. Maksudnya, beliau ingin seluruh kotorannya tuntas-tuntas-tuntas.
Sementara saya punya konsep yang berbeda. Kalau perut sudah tidak mules, ya selesaikan saja. Tidak heran jika saya terkadang bisa masuk keluar toilet dalam waktu dekat. Dan itu memang karena tidak "tuntas."
"Lalu bukan karena nyaman bergawai di toilet? Tanyaku lagi.
Papa kemudian menjawab dengan acuh, "itu supaya saya tidak bosan!"
Hukum sebab musabab kemudian menjadi membingungkan. Gawai penyebab berlama-lama di toilet, atau karena sudah terbiasa lama di toilet maka gawai diperlukan.
Tapi, saya sendiri punya prinsip. Jika tidak ada yang urgent, saya tidak mau membawa gawai ke toilet. Bagiku itu menjijikkan. Bagaimana jika ia terjatuh di lubang toilet?
Nyatanya saya benar. Dilansir dari Healthline, ahli kesehatan menyatakan jika ada dua bahaya kesehatan jika sedang bermain gawai di toilet. Yang pertama adalah wasir. Apalagi kalau ada paksaan untuk mengeluarkan kotoran yang belum waktunya keluar.
Yang kedua karena paparan bakteri e-coli pada layar gawai. Sebuah penelitian pada 2017 oleh Jurnal Gems menunjukkan bahwa bakteri tersebut mudah ditransmisikan melalui udara. Bahkan jumlahnya lebih banyak dari yang berada di bangku toilet.
Semoga saja papa membaca tulisan ini kemudian rela mengubah kebiasaannya. Nah, bagaimana dengan kamu, kamu, dan kamu? Berapa lama durasi yang dihabiskan di toilet?
Kalau tidak bisa menjawab, maka saya kembali kepada hasil survei UKActive. Waktu yang diluangkan oleh orang dewasa berlama-lama di toilet adalah sekitar 3 jam 9 menit dalam seminggu. Jika dirata-ratakan, durasinya adalah 27 menit sehari untuk BAB.
Itu sudah cukup lama. Jika ditotalkan, bisa mencapai 419 hari dalam setahun.
