Apakah mereka jujur? Syukur alhamdulilah, dalam 5 tahun terakhir ini tidak ada kasus fraud yang terjadi di perusahaan.
Apakah mereka pintar? Perusahaan berjalan sebagaimana biasanya, tanpa perlu arahan lagi. Saya sendiri lebih banyak memberikan delegasi kepada staf-staf tertentu.
Saya bukannya puas atau bangga dengan struktur perusahaanku. Tapi ada hal penting yang saya warisi dari kedua orangtuaku. Mereka adalah pengusaha juga dan di usianya yang sudah 70an tahun, mereka masih berdagang.
"Siapapun yang jadi karyawan, mereka adalah bagian dari keluarga." Saya terus mengingatnya.
Hal tersebut saya praktikkan dalam keseharian. Saya harus jujur jika saya bukan tipe bos demanding. Meskipun terkadang juga tidak sabaran. Tapi, sebenarnya saya hanya mau pegawai harus melakukan apa yang saya inginkan, tidak lebih tidak kurang.
Nah, dengan pegawai-pegawai yang "cerdas" itu, lirikan mataku sudah menginstruksikan kerjaan. Alias mereka tidak perlu disuruh lagi. Tapi, agar mereka "jujur" maka hati inilah yang bergerak.
Di zaman bapakmu, pada saat bisnis masih sepi, semua karyawan adalah orang sendiri. Kalau bukan saudara, sepupu, atau tetangga dekat.
Mereka tidak perlu diawasi, karena sudah terpercaya. Eh, tidak demikian kali. Saudara sendiri juga bisa tidak jujur lho. Tapi, kakek saya punya prinsip, kalaupun uang perusahaan ditilep, itu kan orang sendiri juga. Relakanlah!
Amsiong (tepuk jidat)...
Jelas kakek saya tidak sepenuhnya benar. Dimana-mana korupsi bisa menggerogoti kesehatan finansial perusahaan. Jadi, dengan sedikit improvisasi saya pun memberikan sedikit aturan main yang lebih ringan.
"Jika anakmu mau sekolah, dan tidak ada uangmu, cari saya." Para pegawai sudah paham, dan itu sudah pernah kubuktikan.