Misi penyelamatan itu penting bagi China. Karena Liang yang ditangkap oleh Amerika adalah seorang agen rahasia. Liang diduga memiliki informasi penting.
Namun keberadaan Liang sebagai informan tidak diketahui oleh pihak lawan. Bagi Amerika, Liang hanyalah kawan baik seorang penembak jitu kawakan China. Hal tersebut mereka lihat dari gambar yang dimuat di koran Amerika.
Di Amerika sendiri, pejabat militer mulai gerah. Sebabnya ketenaran Sersan Liu sudah mulai tersebar. Pers Amerika memberikannya julukan The Grim Reaper (malaikat maut).
Dengan ditangkapnya Liang, komandan Amerika pun mendapat tugas tidak biasa. Menjadikan Liang umpan untuk membunuh sang malaikat pencabut nyawa, Sersan Liu. Tujuannya agar reputasi tentara Amerika kembali terangkat.
Untuk itu, tujuh penembak jitu elit Amerika pun ditugaskan di bawah pimpinan Komandan Jack (Jonathan Kos-Read).
Pihak China harus berjuang dengan persenjataan yang kalah canggih. Senjata runduk tanpa alat pembidik jarak jauh, dan satu teropong yang harus digunakan beramai-ramai.
Sementara pihak Amerika sendiri dipersenjatai oleh senapan yang lebih modern, dan juga skuad yang lebih berpengalaman. Â
Tentu saja kita bisa menduga jika pemenang pertempuran adalah pihak China. Dan bisa dikira, semangat berjuang adalah senjatanya. Jadi, sebagaimana film-film perjuangan, unsur propaganda selalu ditambahkan sebagai pemanis.
Apa yang membuat film ini menarik?
Untungnya, Zhang Yimou selalu mampu menyihir penonton dengan menyuguhkan pemandangan-pemandangan indah. Hamparan salju di medan pertempuran, sejenak mampu menetralisir suasana kelam peperangan. Kendati demikian, cukup tegang untuk membuat Anda betah duduk selama 96 menit.
CGI yang mumpuni seperti dalam film The Great Wall (2016), menambah kualitas sinematografi menjadi hidup. Dialog campuran dalam dialek lokal dan bahasa Mandarin, membuat suasana terlihat lebih natural. Plus narasi sejarah pada awal dan akhir film, membuat film ini terasa lebih hidup.