Benarkah hanya itu saja?
Hal kedua yang saya pikirkan adalah dari sisi psikologi warna untuk kemasan produk. Saya pun melakukan riset kecil-kecilan, dan menemukan beberapa info tentangnya. Saya kutip;
"Warna kuning cocok menjadi warna logo makanan, karena punya nilai kehangatan. Warna kuning bisa memancing nafsu makan, karena beberapa jenis makanan mempunyai warna dasar kuning. Sebutkan saja telur dan keju di antaranya."
Masuk akal, warna kuning berhubungan dengan makanan, begitu pula minyak goreng.
Tapi saya belum puas. Industri besar tentu memerlukan banyak pertimbangan sebelum membuat keputusan. Maksud saya, desainer kemasan professional tentu dilibatkan. Tapi, bagaimana dengan perancang hoki? Ahli fengshui misalnya.
Nah, dalam Fengshui kuning berhubungan dengan unsur logam, sementara minyak goreng adalah unsur air.
Filsafat Wu-xing atau Lima Elemen (Logam, air, api, kayu, dan tanah) memiliki prinsip untuk melihat apakah dua elemen berada pada posisi mendukung (baik) atau posisi saling bentrok (buruk).
Ternyata logam mendukung air. Jadi, sekali lagi cocok dong.
Masa sih, sesederhana itu? Usut punya usut, ini kemungkinan ada hubungannya dengan sejarah perkembangan industri minyak goreng dalam kemasan di Indonesia.
Sederhana saja. Meskipun Bimoli bukanlah merek minyak goreng kemasan pertama, tapi produk yang diluncurkan sejak 1969 ini pernah menguasai 60% pangsa pasar di Indonesia.
Dari zaman bapakmu, minyak goreng adalah bimoli. Lalu, secara perlahan, merek baru mulai bermunculan.