Kau bertanya padaku seberapa dalam kumencintaimu
Seberapa banyak kumencintaimu
Hatiku sungguh-sungguh
Dan cintaku juga sungguh-sungguh
Biarlah bulan mewakili hatiku
Lagu ini berjudul Yue Liang Dai Biao Wo De Xin atau Bulan Mewakili Hatiku. Berkisah tentang cinta, namun, ia juga mewakili orang Tionghoa.
Bagaimana tidak, lagu ini selalu terdengar pada acara-acara komunitas Tionghoa. Bahkan di era Soeharto dimana kebebasan tidak seperti sekarang, lagu ini sesekali masih berkumandang di tempat umum.
Sebenarnya bukan hanya lagu ini, serangkaian pasangannya seperti Thian Mi Mi (Sweet as sugar), Siau Cheng Ku She (The Story of Small Town), dan Goodbye My Love, serta beberapa lagi.
Semua lagu tersebut berasal dari suara yang sama. Seorang biduan Wanita yang lahir pada hari ini (29.01), enam puluh sembilan tahun yang lalu. Ia bernama Deng Lie-juen alias Teresa Teng.
Teresa Teng dikenal di hampir seantero dunia, terutama di Asia. Ia berasal dari Taiwan, namun pengaruh budaya-nya sampai ke China daratan, negara leluhurnya yang tak pernah ia kunjungi hingga akhir hayat hidupnya.
Di China Teresa dikenal sebagai superstar pertama yang "direstui" kaum komunis China. Setelah pengaruh komunis menancap tajam ke seantero daratan, masyarakat China hanya disuguhkan dengan lagu perjuangan yang dikumandangkan dengan penuh semangat dan wibawa. Lalu, Teresa Teng pun hadir dengan suaranya yang khas, lembut dan merdu.
Di Taiwan sendiri, warga menjadikan Teresa sebagai simbol harapan era baru. Tampil dengan gaun mewah, dan rambut keritingnya, Teresa Teng mewakili semangat pembaharuan bagi rakyat.
Sementara tentaranya sendiri menganggap Teresa Teng dan lagu-lagunya sebagai semangat perjuangan. Ia mewakili patriotisme untuk mempertahankan pulau kecil itu dari invasi China yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Bukannya dengan paksaan. Teresa sendiri terlahir dari keluarga prajurit. Ayahnya adalah seorang prajurit kelas bawah yang meninggalkan China setelah revolusi kebudayaan. Semangat patriotisme Teresa telah diturunkan dari orangtuanya.
Lahir pada tahun 1953, pada usia 12 tahun Teresa Teng telah memenangkan kompetisi menyanyi. Karir pertamanya ditandai dengan album pertamanya, saat ia masih berusia 16 tahun.
Di usia yang tergolong dini tersebut, Teresa Teng sudah masuk jajaran musisi papan atas Taiwan. Namun, itu tidak membuatnya puas dan berdiam diri.
Ia terus belajar dan memperdalam ilmunya hingga ke Inggris dan AS. Teresa Teng juga pergi ke Hong Kong dan Jepang untuk beradu nasib. Mengembangkan karirnya di sana.
Teresa Teng memang seorang dewi yang dilahirkan dari bulan. Karirnya yang cepat menanjak seiring dengan kemampuannya untuk belajar bahasa dengan cepat.
Di masanya, sangat jarang penyanyi yang bisa membuat lagunya dalam berbagai versi. Teresa Teng hadir menyanyikan lagu-lagu dalam beberapa versi bahasa.
Selain album dalam Bahasa Mandarin, Teresa Teng juga mengeluarkan album lagu Cantonese, Jepang, dan Inggris. Serta beberapa solo dalam berbagai bahasa, termasuk Indonesia.
Beberapa lagu berbahasa Indonesianya adalah:Â Sekuntum Mawar Merah, Selamat Jalan Kekasih, Cinta Suci, dan Dayung Sampan.
Tapi, yang membuat Teresa Teng istimewa bukan hanya suara merdu, wajahnya yang cantik dan lagu-lagunya saja. Teresa Teng hadir menjadi ikon perdamaian di tengah konflik besar yang terjadi di antara dua China.
Sayangnya Teresa Teng pun dijadikan alat politik. Ia berada di garis depan perjuangan militer Taiwan. Bukan sebagai tentara, tapi sebagai alat propaganda untuk menjadi simbol perjuangan Taiwan.
Ia pun diberikan gelar "Deng Kecil". Seolah-olah menyamakan posisinya sama dengan Den Xiao-ping, pemimpin China kala itu. Tidak salah juga sih, sebabnya marga Teresa Teng memang sama.
Alhasil pada tahun 1980 an, semua hal yang berbau Teresa Teng pun dilarang di China daratan. Lagu-lagu Teresa Teng disetarakan dengan muatan pornografi. Tidak sesuai dengan semangat komunis yang anti borjuis.
Kendati demikian, album Teresa Teng tetap laris manis di sana. Melalui pasar gelap dan beberapa orang pun menjadi korban. Dipenjarakan karena mendengarkan lagu Teresa Teng.
Syahdan, Teresa Teng pun tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di China. Cita-cita hidupnya yang tidak pernah kesampaian hingga ia meninggal pada tahun 1995 di Chiang Mai, Thailand.
**
Terlepas dari ketenaran dan kejayaanya, Teresa Teng bukan hidup tanpa masalah. Teresa yang hidup menyendiri hingga akhir hayatnya pernah digosipkan sebagai lesbian.
Ia juga pernah terlibat cinta lokasi dengan Jacky Chan. Bahkan kabar tersebut mengalahkan berita pertunangannya dengan Beau Kwok, anak biluner Malaysia, Robert Kwok. Pertunangan tersebut kemudian batal.
Teresa Teng juga pernah tersandung masalah pemalsuan dokumen yang menyebabkan dirinya dicekal masuk ke Jepang. Saat itu ia menggunakan paspor palsu Indonesia. Konon Teresa Teng membelinya dengan harga 20.000 USD pada tahun 1979. Entah apa motifnya.
**
Sebuah kuburan terletak di kaki gunung Chin Pao yang berlokasi dekat Taipei, Taiwan. Di dekat tempat pemakamannya berdiri sebuah patung besar dirinya yang juga berfungsi sebagai tugu peringatan, diiringi dengan lagu-lagunya sebagai latar belakang.
Teresa Teng adalah pahlawan bagi warga Taiwan. Meskipun ia tidak pernah terlibat dalam politik praktis, kecuali peristiwa Tian An Men (1989). Pemakamannya dilaksanakan dengan sangat hikmat. Hadir pula presiden Taiwan saat itu, Lee Teng Hui, yang ikut menyaksikan penghormatan terakhir bagi Teresa Teng yang dikuburkan dengan bendera Taiwan menyelimuti peti matinya.
**
Kau bertanya padaku seberapa dalam ku mencintaimu
Seberapa banyak aku mencintaimu
Cobalah kau pikirkan
Lihat dan perhatikanlah
Biarlah bulan mewakili hatiku
**
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H