Aihhh, Pak Tjiptadinata mimpi kejatuhan buah duku, Acek mimpi kejatuhan buah duren. Dari pernyataan ini saja, tidak ada lagi pertanyaan yang timbul. Jelas kepala Acek lebih ngeres daripada punya Pak Tjip.
Aihhh, Pak Tjiptadinata menelpon Acek, lantas diabaikan. Ada 7 jam, 12 cangkir, dan 3 kali ayam berkokok. Masih pula diabaikan. Sebenarnya ini bukan kesengajaan yang disengaja.
Memang hanya ada satu Tjiptadinata yang dikenal di Kompasiana. Tapi, Acek masih ragu. Sebabnya jika menelisik google, ada pula Tjiptadinata lainnya yang tidak kalah terkenal, yakni; "Jual Tjiptadinata Effendi Termurah dan Terlengkap."
Acek paling alergi dengan salesman. Namun, di sisi lain Acek itu hatinya lembut bagaikan lelembut. Susah menolak Tjiptadinata Effendi, harganya berapa pun kan kubeli. Masalahnya, mau simpan di mana?
Jadilah sekretaris yang dikira sekretaris itu adalah suara Acek sendiri. Meniru suara geulis mudahlah sangat. Tersebab memang Acek punya sisi feminin yang tak banyak tahu. Selain lelembut, bisa juga ala Mba Kunti.
Eh, ternyata yang menelpon adalah Tjiptadinata sungguhan yang gak kebeli. Video call berpakaian ala Pangeran Japanoyuru lagi. Haikkk....
Gugup, jelas. Sebabnya Acek tahu kostum pangeran yang konon dipinjam dari tetangga itu sebenarnya milik Engkong Felix. Pernah kulihat ia menggantungkannya di kandang sapi pada saat Acek berkunjung ke Gang Sapi. Di samping dalemannya pula. Jijay ah...
Yauda, mimpi pun dibahas. Kejatuhan buah duku pun jadi pantun berbalas. Untungnya "basah" tidak ikut-ikutan. Alhasil tulisan AU pun bak buku stensilan. Dibahas sambil liweran.
Ternyata sebelumnya Pak Tjip telah mendengarkan nasehat yang salah. Si Engkong diajak whatsapan satu setengah jam. Yang dibahas adalah bagaimana caranya pohon duku berbuah mangga.
Padahal dalam bab 36 buku Kamasutra yang sempat disobek Bung Reinhard Hutabarat, jelas tersirat duku dan mangga adalah dua spesies yang berbeda. Tak mungkinlah mereka dikawinkan, kecuali yang dibahas adalah masalah penyimpangan seksual (baca: reproduksi).